Di dalam gerobak beroda dua dengan tongkat kayu penahannya.
Seorang bocah berbaring di pangkuan lelaki tua.
Dengan sarung kotak-kotak sisa salat
Berujar ia :
Anakku, dengar wasiat Bapakmu
Esok pagi, pergilah ke kolong Ampera
Kenakanlah pakaian terbaik yang kau punya
Pakailah pula sepasang sepatu beda warna yang bapak temukan tadi pagi
Bersikap santunlah
Orang-orang kaya membuka sekolah untuk yang tak punya
Tak mengapa mereka mencari muka
Tak mengapa di antaranya bermuka dua
Kau Hanya perlu tebal muka, nak
Dari cibiran mulut manis mereka
Datang, duduk dan belajarlah
Hitunglah jika diminta
Tuliskan jika diperintah
Pulanglah jika kau sepintar mereka
Setelah kau pintar kelak, nak
Jadilah guru, segurunya saja
Tak usah kau jual buku dan pena
Saat kau lebih pintar lagi, nak
Jadilah dosen, sedosennya saja
Usah kau rangkap jadi calo IPK
Saat kau semakin pintar, nak
Jadilah menteri pendidikan, sementerinya saja
Usah kau jadi pembuat sejarah
Mengubah kurikulum demi ukirkan nama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H