KAPAN saja dan dimana saja, Road Safety Association (RSA) bakal menyambangi komunitas yang peduli keselamatan jalan. Tak peduli di bibir pantai, di sudut keremangan malam Jakarta, hingga di restoran seafood, upaya saling berbagi jalan terus. Tanpa komisi. Kali ini, saya, bro Rio, bro Syamsul, dan bro Lucky menyambangi komunitas pengguna mobil Stream Community ke restoran Fiscator di Epicentrum Walk di Epicentrum Rasuna, Kuningan, Jakarta Selatan. Kami hadir mewakili RSA yang memang diundang mengisi sesi ‘coaching clinic’ seputar keselamatan jalan. Jadwalnya, Minggu (25/3/2012) berkisar pukul 11.00-12.00 WIB. Praktis kami merespons ajakan tersebut. “Saat ini hadir 58 orang dengan mengendarai 42 mobil, ” ujar bro Ikbal, ketua Stream Community Jakarta, Minggu siang. Diskusi informal soal keselamatan jalan dibuka Ketua Umum RSA bro Rio Octaviano seputar profil RSA dan pentingnya keselamatan jalan. RSA mengedepankan pentingnya etika, ketaatan aturan, dan keterampilan berkendara. “Masalah keselamatan jalan tidak bisa dilihat parsial,” jelas bro Rio. Lewat paparan yang apik dan dibantu proyektor, bro Rio menjelaskan soal sejumlah regulasi lalu lintas jalan yang penting diperhatikan. Sebut saja misalnya soal larangan penggunaan bahu jalan dan tidak memakai sirene strobo saat iring-iringan di jalan. Saya coba mengajak para anggota Stream Community untuk memulai dari hal-hal kecil untuk tetap selamat saat berlalu lintas. Dimulai dari memberikan lampu isyarat saat berbelok, memakai sabuk pengaman, hingga menghargai para pengguna jalan. Beberapa contoh saya beberkan seperti kasus kecelakaan yang menimpa Afriyani yang menewaskan pejalan kaki. Lalu, kasus Bowo yang menewaskan dua penumpangnya beberapa tahun lalu, hingga kasus Olivia yang tewas terbakar dalam kecelakaan di Jakarta Pusat baru-baru ini. Kata kunci tetap ada pada perilaku berkendara. Karena itu, bagi bro Syamsul, penting sekali mengalahkan ego pribadi saat berkendara. “Musuh terbesar adalah diri sendiri,” sergah dia. Syamsul mengajak anggota Stream Community agar tidak terpancing emosinya saat berkendara. “Yang waras ngalah,” katanya. Pada bagian lain, bro Syamsul mengingatkan soal tidak berponsel saat berkendara. Bahkan, tidak menghidupkan sama sekali ponsel karena bisa memengaruhi perhatian sang pengendara. Sementara itu, ketua Stream Community, bro Ikbal menanyakan soal aturan pemakaian sirene strobo oleh para pejabat. “Bagaimana jika mereka memakainya di mobil pribadi?” sergah dia. Praktis bro Rio menjawab sesuai dengan regulasi yang ada di Undang Undang No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Kita tahu, mereka yang berhak memakai sirene strobo adalah yang memiliki hak utama di jalan. Pasal 134, dalam UU tersebut menegaskan mereka adalah kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas, ambulans yang mengangkut orang sakit; kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas, kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia, kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara, iring-iringan pengantar jenazah, dan konvoi dan/atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Bro Ikba mengaku bakal menyosialisasikan hal itu kepada seluruh anggotanya yang kini tercatat sektiar 150-an orang. Anggota Stream Community tersebar di Jakarta, Bandung, dan Pekanbaru. Bagi RSA makin banyak komunitas yang peduli keselamatan jalan, semakin baik. Harapannya agar kian mengecil jumlah kasus dan korban kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia. Kita tahu, pada 2011, tak kurang dari 31 ribu jiwa tewas akibat kecelakaan di Indonesia. “Kalau RSA kami undang lagi untuk memberi penyuluhan tingkat lanjutan bisa kan?” Tanya sis Dina, salah satu anggota Stream Community. Ayo sis, kita terus gelorakan kesadaran keselamatan jalan. Setuju? (edo rusyanto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H