Maaf bila ku terlihat tegar disampingmu. Maaf bila aku hanya dapat tersenyum melihatmu. Maaf bila bibir ini tak mampu mengucapkan betapa pentingnya dirimu untukku.
Aku yang tak sanggup menggapaimu, aku yang selalu ingin bersamamu di indah dan kelam hidup mu. Kini hanya mampu melihatmu dari jauh hanya mampu menatap bayangmu.
Senyum yang indah bagaikan seuntai mawar bagiku. Mata yang indah bagaikan pelangi di pagi hari. Semua itu tak sanggup ku miliki hanya karena ketakutan yang amat mendalam dariku yang tak sanggup ku tuliskan dalam baris.
Andai saja aku berani apakah mimpi ini akan menjadi nyata? andai saja aku berani akankah aku akan terbangun dari lelapnya tidurku?
Ahh sedandainya aku dapat merasakan hangatnya sinar matahari yang terpancar dari tawamu. Seandainya aku mampu mengungkap rasa yang telah ku pendam mungkinkah judul syair ini berbeda?
Atau saja aku yang terlalu besar dalam berharap mimpi ini akan menjadi nyata.
By Edo Resi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H