Ada beberapa hal yang selalu akan pasti menghiasi layar kaca, layar monitor portal berita. Mudik beserta tips & triknya, harga pangan naik, macet, beberapa kecelakaan lalu lintas, ludesnya tiket mudik dan beberapa topik sejenis.
Di umur 25 ini saya banyak belajar, terutama tentang realitas. Bahasanya sih tinggi, Soal realitas kehidupan, hahahaha. But I mean it.
Kalau dulu sering banget denger orang-orang bilang gak punya duit buat pulang kampung, tiket mahal, padahal gaji mereka saat itu di atas gaji saya, dan mereka tinggal di kos-kosan yang tidak mewah. Pertanyaan saya waktu itu adalah: ah masa iya gak punya duit.
Sayang pertanyaan itu tertahan di ujung lidah saja, malas berdebat dan mendengarkan penjelasan panjang lebar yang pasti mirip-mirip.
Daaaannn.... Ternyata bukan hanya tiket pulang yang jadi masalah, tapi saat tiba di kampung halaman. Dimana banyak tetangga di sekitaran rumah yang masih saja mendongakkan kepala saat melihat anak-anak tetangga nya merantau ke kota besar dan bekerja di perusahaan yang menurut mereka bonafit.
Selain mikirin tiket, anak perantauan juga mikirin mau beliin apa orang rumah, apalagi yang punya banyak sodara bahkan ponakan. Hhmmm... Saat mereka menengadahkan tangan mereka sambil berharap beberapa lembar Rupiah menjamah tangan kecil mereka, rasanya pengen banget negejelasin bahwa kita gak punya banyak uang, kita juga susah di kota tetangga, tapi pasti mereka belum bisa mengerti.
Belum lagi pandangan tetangga, sepupu yang menjulang Rupiah di kota kelahiran.
Akan banyak opini, "Masa kerja di kota besar gak ngasih THR?". Ya memang gak semua sih yang bakalan berpikir begitu, tapi emang pressure nya Ada dan saat tidak memberi akan ada perasaan tidak enak.
Itu yang saya dapat di umur 25 ini. Umur yang kata kebanyakan orang umur yang matang untuk menikah. Nah! Itu juga salah satu hal paling besar yang bikin kami anak perantauan malas pulang. Pertanyaan yang keluar Dari keluarga terdekat, tetangga, teman orang tua, dan mungkin mantan. Kapan nikah?
Aarrgghhhh....
25.... Usia dimana kuantitas keluar malam sudah ditiadakan dengan alasan capek, usia dimana satu persatu teman mulai membuka halaman isah hidupnya tanpa nama kita, usia dimana weekend adalah hal yang ditunggu setiap minggu nya, usia dimana kasur dan tidur adalah hal yang diidamkan setiap harinya, usia dimana galau dan bingung menjalani hidup, usia dimana membandingkan kehidupan pribadi dengan kehidupan teman di sosial media menjadi pemicu stress setiap hari, kmudian menyalahkan banyak hal yang padahal tidak Ada sangkut pautnya sama sekali.