Lihat ke Halaman Asli

Susi, Menteri Penuh Inspirasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Beberapa waktu lalu saya diberi order seorang ketua yayasan Perguruan Tinggi untuk membuatkan video profile perguruannya.

Saat akan melaksanakan pekerjaan, saya diminta membahas dulu dengan staf akademisi perguruannya. Beberapa dosen "pakar"nya yang dianggap tahu soal produksi video diminta pandangannya untuk memberi masukan kepada saya.

Dengan pemahaman dan pandangan masing-masing, mereka berdebat serius soal proyek yang akan saya kerjakan. Mulai dari membahas teknis sampai analisis.

Perdebatan panjang berlangsung hingga sore dan tidak berujung pada apa yang harus dikerjakan. Akhirnya sang ketua yayasan meminta pendapat dari saya.

Saya hanya mengatakan, besok proyek akan saya kerjakan. Hari itu saya prepare hasil riset materi, konsep dan ide penulisan, serta peralatan shooting. Tinggal eksekusi proyek dan Insya Allah sesuai jadwal harus selesai.

Sejak kisah nyata yang saya alami ini saya sebagai orang awam hanya bisa menarik sebuah hikmah. Inilah bedanya seorang praktisi dan seorang konseptor. Kalau seorang praktisi itu pikirannya bekerja, bekerja dan kongkrit. Namun kalau konseptor terus bergulat dengan blue print dan konsep.

Mungkin pengalaman sederhana yang saya alami ini bisa saya tarik benang merah dengan kritikan sejumlah pihak pada ibu Susi Pudjiastuti, Menteri Perikanan dan Kelautan pada Kabinet Kerja Presiden Jokowi.

Seorang pakar ilmuwan kelautan dari institut ternama mempertanyakan kompetensi dan technical skills Susi Pudjiastuti. Si pakar ini meragukan kemampuan Susi yang hanya bakul ikan.

Saya melihat pakar yang berkomentar soal kompetensi Susi itulah yang justru tidak tahu menahu tentang apa itu revolusi mental yang sedang digaungkan Bapak Presiden Joko Widowo. Beliau tidak paham apa sih definisi revolusi mental.

Revolusi mental adalah mengubah pola pikir dan persepsi seseorang atau masyarakat dari pola pikir paradigma lama dengan pemikiran yang berorientasi pada paradigma baru yang lebih visioner dengan terobosan yang tidak "biasa atau lazim".

Jadi saya kira pemikiran si pakar ini (maafkan) sudah tidak menjangkau dengan apa yang disebut revolusi mental.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline