Lihat ke Halaman Asli

Edward Theodorus

Dosen psikologi di Universitas Sanata Dharma

Si Bujang Lapuk, Sang Primadona, dan Dua Anting-anting

Diperbarui: 19 Maret 2023   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: https://www.meetmindful.com/tinder-online-dating-app-satisfies-some-silly-urges/

Jempol Joe sibuk mengulang-ulang gerakan menyapu kiri dan kanan di telepon genggamnya. Mengapa banyak manusia aneh di perangkat lunak kencan ini, pikirnya. Ada foto profil perempuan yang tampak cantik sekali, namun jika dicermati lebih lanjut, ternyata sebenarnya waria. Ada emak-emak berusia di atas 50 tahun yang menyukai profil Joe. Ada gadis-gadis yang kelihatan berusaha keras sekali untuk tampil centil, ayu, dan menggoda; bibirnya dimanyun-manyunkan, bokongnya ditonjol-tonjolkan, berpose seperti pemain sirkus.

Joe meringis saat menemukan profil-profil seperti itu. Jempolnya dengan sigap menyapu ke kiri. Begitulah kegiatan di perangkat lunak kencan. Sapu kiri jika merasa tidak suka, sapu kanan jika suka. Jika kita menyapu kanan dan yang "disapu" kembali menyukai kita, maka akan terjadi kecocokan, lalu fitur perbincangan (chat) mulai terbuka.

Sudah beberapa hari Joe mencoba perangkat lunak kencan ini. Selalu mendapatkan kecocokan atau disukai oleh profil yang aneh-aneh tadi. Sore ini dia menutup pintu kamar kosnya, lalu menyeruput kopi dan membakar rokok. Telepon genggam dikeluarkan dari saku, ambil posisi nyaman di kursi belajar, lalu mulailah dia beraksi.

Wah, kok mendadak ada profil perempuan yang sangat cantik menyukai aku, pikirnya. Joe menyelisik profil perermpuan itu. June namanya. Hmm, kayaknya galak amat nih cewek, gumam Joe. Banyak larangannya, seperti tidak boleh menghubungi dia kalau sudah beristri, kalau ingin mencari hubungan mendalam, dan kalau ingin FWB, ONS, kencan ketemuan langsung. Dia hanya mencari teman ngobrol daring untuk membunuh waktu. Joe berpikir masa bodoh, coba saja kontak perempuan itu. Sapu kanan. Fitur chat terbuka.

"Halo," mulai Joe.

"Haiiii," dari seberang sana.

"Aku agak takut memulai pembicaraan nih. Kamu galak amat, banyak larangannya..."

"Hahaha... Nggak apa-apa, Mas. Itu buat menghalau pria nggak jelas aja. Umur Mas berapa?"

Joe agak ragu. Umurnya tergolong tua untuk bermain-main di perangkat lunak kencan ini. Ah, masa bodohlah.

"Umurku 41. Udah tua bangkotan ya?! Umurmu beneran 29?" Joe mengambil risiko.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline