Tidak mengherankan, jika kita lebih yakin pada mereka yang populer, ada yang populer sebagai manusia kuat, misalnya Eddie Hall, atau ada yang terkenal jenius seperti Albert Einsten. Tetapi, percayakah anda bahwa yang lebih hebat adalah mereka yang justru tidak terkenal? Percayakah anda, di zamannya, sebenarnya lebih ada yang lebih jenius dari Albert Einstein? Kisah ini dapat mengingatkan kita, agar tak memandang orang dari penampilan dan popularitasnya.
Suatu hari, Musa mengatakan bahwa tidak ada satupun manusia yang lebih berilmu daripadanya, lalu Allah menyuruh Musa agar pergi ke pertemuan dua laut, untuk bertemu dengan seorang hamba-Nya yang diberi ilmu lebih dari Musa. Beliau adalah Khidir, sebagian besar ulama berpendapat Khidir adalah seorang Nabi Allah. Kisah perjalanan Musa mencari Khidir diabadikan dalam Al-Qur'an, yaitu pada surat Al-Kahfi,
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun." (QS. Al-Kahfi, ayat 60)
Maka Musa bersama pembantunya terus berjalan, mereka sebenarnya telah melewati tempat dimana pertemuan dua laut tersebut, akan tetapi syaitan menjadikan mereka lupa dengan ikannya, dan ikan tersebut lompat ke laut dengan cara yang aneh. Perlu diketahui bahwa lompatnya ikan tersebut merupakan penanda dimana pertemuan dua laut tersebut. Singkat cerita, mereka bertemu dengan Khidir, lalu Musa meminta kepada Khidir agar ia dapat ikut dengannya, namun Khidir berkata bahwa Nabi Musa tak akan sanggup bersabar bersamanya,
"Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?,
"Dia menjawab, "Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku"(QS. Al-Kahfi, ayat 66-67)
Lalu diajaklah Musa ikut bersamanya, yang kisahnya juga diabadikan dalam surat yang sama. Ada tiga kisah yang diceritakan, yang pertama adalah ketika Khidir melubangi perahu, dan Musa pun tidak mampu bersabar dengan perbuatan tersebut, Musa berprasangka bahwa Khidir hendak menenggelamkan orang dengan perbuatannya tersebut, lalu Khidir-pun mengingatkan Musa kembali,
"Dia berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?" (QS. Al-Kahfi, ayat 72)
Lalu Musa meminta maaf, perjalanan terus berlanjut, dua kejadian berikutnya adalah ketika Khidir membunuh seorang anak muda, dan yang terakhir adalah ketika Khidir mendirikan dinding rumah yang roboh, padahal penduduk negeri tersebut tak mau menjamu mereka ketika mereka meminta dijamu. Dan dalam dua kejadian ini, lagi-lagi Musa tak mampu bersabar, sehingga akhirnya Khidir berkata bahwa itulah perpisahan mereka, dan kemudian dia menerangkan apa maksud dari perbuatan-perbuatannya, untuk bagian yang ini, anda bisa membaca sendiri di ayat 79 - 82 Surat Al-Kahfi apa maksud dari perbuatan-perbuatan Khidir tersebut.
"Dia berkata, "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya" (QS. Al-Kahfi, ayat 78)
Secara jelas, ada tiga kejadian yang dikisahkan untuk menunjukkan ilmu Khidir terhadap masa depan, namun sebenarnya, ada 4, yang satu lagi adalah kemampuan Khidir untuk mengetahui bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup bersabar, meskipun Nabi Musa adalah seorang Nabi. Khidir hanyalah seorang hamba yang kurang populer, bahkan Nabi Musa pun tidak mengetahui keberadaannya, namun ternyata ilmu Khidir lebih tinggi dibandingkan ilmu Musa.