Lihat ke Halaman Asli

Lentera Penyemangat Ada Pada Kita

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sebuah kisah usang dalam kehidupan yang pernah terlewatkan”

“Terbentur sebuah tanya yang tak terjawab, menyakitkan”

“Telah berulang kali ku terjatuh pada lubang yang sama, dan terbiasa hingga ku mati rasa”

Beberapa penggalan kalimat yang dikutip dari sebuah lagu ciptaan sebuah grup musik beraliran reagge Steven and Coconut Tress yang kini berevolusi menjadi Steven Jam, menyiratkan kita bagaimana setiap insan tentu sedikitpun pasti pernah melewati fase yang dimaksudkan oleh lirik lagu tersebut.

Tentu semua bertanya-tanya apa maksud kalimat dalam lirik lagu diatas ?, dan apa maksud penulis mencoba men generalisir “nasib”semua pembaca menjadi identik dengan sebait kalimat dalam lagu tersebut. Lirik lagu diatas sedikit bermakna “kepasrahan”, bagaimana ketika kita sebagai manusia yang mengalami dinamika tentu pernah melewati sebuah masa-masa sulit. Bagaimana ketika mengalami kepedihan kita dihadapkan pada kebuntuan yang sedikit mematikan kreatifitas dan semangat secara temporer.

Ataukah kita lebih terbawa lagi dalam suasana yang gelap membuat kita tidak bisa sedikitpun menangkap cahaya penyemangat. Seperti tersurat dalam penggalan lirik lagu “Butiran Debu” karia Rumor, “Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam, aku tersesat dan tak ada jalan pulang, aku tanpamu butiran debu”. Selain menyiratkan suasana kehilangan sentuhan hidup, lirik lagu diatas juga mengartikan bagimana berartinya seseorang dalam hidup kita, sehingga ketika terlepas membuat semuanya menjadi rapuh.

Apapun kenyatan-kenyatan diatas dalam konteks perjalanan hidup dihubungkan dengan bait-bait lirik lagu, bahwasannya semua kita adalah sama. Kita pernah melewati masa-masa sulit, tapi tak seharusnya terlalu berlarut-larut dalam kepedihan, karena hidup terlalu indah untuk terus ditangisi. Dalam hal ini, semua yang dimaksudkan dalam rentetan perjalanan kata diatas, mencoba membawa kita pada jedah perenungan, Flashback, dan bagaimana kita mengakalinya sebagai makhluk yang diciptakan seturut citra Tuhan memiliki akal dan budi untuk berfikir dan bertindak baik menurut rasa maupun logika untuk terus berkembang sebagai manusia yang berguna bagi diri sendiri dan sesama.

Penyesalan merupakan sesuatu yang lumrah, tapi seharusnya memvonis semuanya terlambat untuk diperbaiki, karena pikiran kita yang mengendalikan hidup kita. Ketika kita dihadapkan pada permasalahan, hendaknya kita melihat itu adalah proses pendewasaan, kita harus terus berfikir positif tentang hidup. Bapak Psikologi modern, William James berkata, “Yakinlah bahwa hidup anda berharga, maka keyakinan anda akan menciptakan faktanya”. Kata-kata tersebut bermakna kita adalah makhluk spiritual yang menjadi manusia, perjalanan kita ditentukan oleh bagaimana kita berfikir dan memandang hidup.

Pada dasarnya setelah melewati segenap pergumulan hidup, kita bisa lebih bijak dalam memandang sesuatu. Lebih tepatnya seperti penggalan lirik lagu grup musik Sheila On 7, “Tiba saat kita bangkit berlari ke pentas dunia, jatuh dan bangun itu hal yang biasa terjadi, bersiaplah, berjuanglah tuk menjadi pemenang”.kalimat yang menyiratkan kita untuk terus bangkit, berfikir perubahan, mengalami kemenangan batin dan pendewasaan hidup. Pada akhirnya kita menyadari bahwa inti dari semua ini adalah pengaruh pikiran kita yang mengendalikan alam bawah sadar, memacu pergerakan fisik kita. Sebuah kalimat sederhana “hidup hanyalah ilusi, kenyataan adalah apa yang kita yakini”. Karena sebenarnya lentera penyemangat ada pada kita. Semangattttt …




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline