Saat ini Internet telah menjadi ajang efektif semesta maya pasar dunia. Hampir seluruh kebutuhan hidup kita dapat ditemukan dangan transaksi secara online : buku, baik e-book maupun fisik, tiketing, gadget, mobil, rumah, kapal pesiar mewah, dan banyak lagi termasuk hasil karya seni rupa. Kita akan sedikit membahas tentang yang disebut terakhir itu, khususnya dalam kaitan status seni rupa konvensional dan seni rupa rekayasa komputer. Ketika anda browsing galeri seni online, anda akan menemukan karya seni rupa baik yang konvensional maupun seni (rupa) digital. Kita sebut seni rupa konvensional, bila dalam proses penciptaannya memang mengelaborasi benda-benda fisik. Sebaliknya seni digital, proses penciptaannya sepenuhnya memanfaatkan kecanggihan sarana komputer alias tidak menggunakan medium fisik. Pada hasil akhir, Keduanya terkadang memiliki karakter dan visualisasi khas yang sama bahkan seni lukis digital bisa terlihat tampak nyata dalam tampilan tekstur, sapuan kuas dan lain sebagainya sebagaimana lukisan konvensional. Lalu apa bedanya? Untuk lebih memahami perbedaan antara seni rupa dan seni digital, mari pertama mendefinisikannya. Fine art is defined as: Art (as painting, sculpture, or music) concerned primarily with the creation of beautiful objects.Jadi seni rupa didefinisikan sebagai: Seni (seperti lukisan, patung, atau musik) terutama terkait dengan penciptaan benda yang indah. Sekarang, mari kita mendefinisikan seni digital. The Columbia Electronic Encyclopedia explains that digital art is a contemporary art form where computer technology is manipulated to create distinctive works, bahwa seni digital adalah bentuk seni rupa kontemporer di mana teknologi komputer yang dimanipulasi untuk membuat karya yang berbeda. Lukisan cat minyak yang indah dianggap seni rupa yang nyata karena ia dapat disentuh secara fisik berbagai unsur rupanya seperti tekstur (rasa permukaan) di bidang kanvas, sapuan kuas dan lain-lain, demikian juga kita dapat meraba berbagai lekukan pada karya seni patung. Kendati secara visual kita juga bisa mendapati hal itu pada seni digital namun hal itu dianggab tidak nyata karena memang muncul di permukaan monitor komputer atau layar video. Dengan demikian, pertanyaan yang sering muncul adalah sejauhmana legitimasi seni digital dapat dikatagori sebagai bentuk karya seni rupa murni. Di sebagian kalangan, pertama, seni digital dianggap seni yang kurang bernilai karena sifatnya yang sangat mudah digandakan secara tidak terbatas sebagaimana umumnya karya fotografi, kedua, seni digital dianggap seni tak nyata secara fisik. Dan ada kecenderungan orang sulit mempercayai apakah seni lukis digital benar-benar hanya diproduksi secara terbatas (edisi terbatas) sebagaimana karya grafis murni ataukah sebaliknya. Cara pemirsa berinteraksi dengan seni rupa konvensional dan seni digital juga berbeda. Ketika kita menikmati sebuah lukisan cat minyak atau patung, maka kita berhadapan dengan obyek benda yang diam atau statis. Kita juga akan merasakan emosi pelukis atau seniman patungnya lewat sapuan kuas, paduan warna, tekstur, lekukan, tebal tipis dan lain-lain. Bila kita memiliki pengalaman estetis atau tingkat apresiasi tertentu, maka akan dengan mudah merasakan berbagai perasaan emosi dan sensasi pada lukisan tersebut. Hal ini berbeda ketika kita berinteraksi dengan karya seni digital. Boleh jadi kita berhadapan dengan penggabungan beberapa gambar, transisi, audio (suara), dan video (suara dan gambar), bahkan karya seni digital dapat berubah berdasarkan tindakan atau gerakan gerakan kita secara interaktif, misalnya dengan menggunakan teknologi layer sentuh, sensor gerak dan lain-lain. Apakah kemudian kita juga akan merasakan sensasi dan emosi pada karya demikian, tentu saja sangat bisa bahkan bisa lebih fantastis bukan? Bila karya seni konvensional dapat ditampilkan di dinding, rak buku, tiang, atau sudut tertentu sehingga orang dapat menikmatinya, Maka seni digital membutuhkan penampilkan elektronik seperti pada karya-karya seni multimedia yang membutuhkan seperangkat computer, audio video atau tv panel. Namun begitu bukan berarti seni digital tak bisa tampil sebagaimana seni rupa konvensional. Dengan teknologi pencetakan hal itu bisa dilakukan, misalnya mencetaklukisan digital di atas kanvas dengan resolusi yang tinggi. Jadi kembali kita bertanya apakah seni rupa digital masih dalam katagori seni yang tak nyata atau bahkan bukan seni murni? Untuk menjawab pertanyaan itu, tanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut ketika melihat sebuah karya seni digital: Apakah itu indah? Apakah itu membangkitkan emosi? Jika Anda menjawab ya untuk salah satu dari pertanyaan-pertanyaan ini, maka seni digital memang seni rupa yang nyata : Nah mudah-mudahan Anda sudah dapat merasakan dan mengapresiasi kedua jenis karya senirupa itu tanpa sikap mendiskriminasi sebagaimana keangkuhan sebagian pelukis konvensional yang sering kali membanggakan diri dan karyanya. Beberapa karya lukisan digital hasil pembelajaranku : [caption id="attachment_265830" align="aligncenter" width="354" caption="Kebun Raya, 60 x 60 Cm, digital Painting"][/caption] [caption id="attachment_265831" align="aligncenter" width="482" caption="Taman Rahasia, 100 x 50 Cm, digital painting"]
[/caption] [caption id="attachment_265832" align="aligncenter" width="485" caption="Bunga, 100 x 50 Cm, digital painting"]
[/caption] [caption id="attachment_265833" align="aligncenter" width="460" caption="Ladang, 100 x 50 Cm, digital painting"]
[/caption] Apabila Mas Bro ingin melihat lebih banyak lagi pembelajaranku ini silahkan kunjungi di sini atau di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H