Lihat ke Halaman Asli

Deep Learning Solusi Lama dengan Pendekatan Baru untuk Pendidikan Masa Depan

Diperbarui: 23 November 2024   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Instagram @pbpgri_official)

Penulis tak sengaja membuka channel PB PGRI tadi sore yang kebetulan membahas mengenai Deep Learning. Pembicaranya adalah Dr Sumardiansyah PK, M.Pd dan Prof. Richardus Eko Indrajit. Deep learning menjadi buming setelah beberapa kali media menayangkan pernyataan Bapak Menteri Prof. Abdul Mu'ti akan mengenalkan pendekatan pembelajaran ini mulai tahun depan. Apa sih Deep Learning itu ? 

Deep Learning menurut Prof. Abdul Mu'ti adalah suatu teori pendekatan pembelajaran yang ia pelajari ketika masih kuliah di Australia tahun 90 an. 

Jadi Deep Learning ini adalah konsep lama yang masih sangat relevan. Penulis jadi teringat pernyataan dari sebuah buku berjudul The Innovation Book karya dari Max Mckeown bahwa kita dapat memecahkan masalah lama menggunakan ide-ide baru dengan cara baru dan dapat juga memecahkan masalah baru menggunakan ide-ide lama dengan cara baru. Diharapkan dengan menggunakan kombinasi ini akan menimbulkan solusi yang efektif untuk pendidikan di Indonesia.

Dr. Sumardiansyah PK, M.Pd mengawali dengan mengatakan guru adalah profesi panggilan jiwa. Guru harus pintar yang bukan hanya terkait praktik namun juga menguasai berbagai teori pendidikan. Guru juga harus pintar dalam menguasai bidang yang diampunya. 

Menurut beliau Deep learning ini dapat di hubungkan sebagai model pembelajaran atau pendekatan atau metode. Jika ia dikatakan sebagai model pembelajaran tentu harus memiliki sintak. Jika ia dikatakan sebagai pendekatan maka sebagai cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika dikatakan sebagai metode pembelajaran maka ini merupakan keterampilan sepesifik untuk mencapai tujuan.

Dr. Sumardiansyah PK, M.Pd pada kali ini akan mengupas deep learning dari sebuah buku berjudul Deeper Learning karangan Eric Jensen dan LN dengan penerbit Indeks tahun 2008. Menurut beliau bahwa dalam menggunakan deep learning ini harus terlebih dahulu menyentuh jiwa peserta didik. 

Buat ia cinta akan belajar bukan membuat sebaliknya sebagai beban belajar. Rasa cinta harus dibangun dalam kerangka positif dan menghindari kerangka negatif yang dapat menimbulkan traumatis belajar dalam diri peserta didik.

Peran guru sangatlah penting karena disamping sebagai motivator, ia juga sebagai fasilitator yang dapat memberikan umpan balik secara konstruktif kepada peserta didik. Jangan pernah menghakimi peserta didik, memberi label negatif, bahkan mengucilkannya. Hindari sikap, kata-kata yang dapat mempermalukan peserta didik, menjatuhkan mental, menghilangkan mood belajar, memicu stress, dan menimbulkan traumatis.

Setelah dibangun dengan cinta akan belajar, tugas seorang guru adalah mengenali latar belakang kesenangan peserta didik. Assemen awal sangat dibutuhkan disini, agar guru bisa menyesuaikan pembelajaran, konten yang sesuai dengan tumbuh kembang peserta didik. 

Pendidikan yang ideal adalah suatu ekosistem yang harus dibangun dengan lintas guru, orangtua, dan masyarakat. Lantas bagaimana caranya seorang guru untuk bisa menyesuaikan pembelajaran sedangkan jumlah murid dikelas lebih dari 30an anak ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline