Deraian hujan yang begitu syahdu menemani malam penulis kali ini. Penulis hari ini membagikan pengalaman menjadi narasumber di PKBM beberapa waktu lalu. PKBM adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang bersifat non formal untuk pendidikan.
Penulis diberi kesempatan mengisi untuk mengimbaskan penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka yang diamanahi oleh BPMP (Balai Penjaminan Mutu Pendidikan) Provinsi Kalimantan Selatan. PKBM ini bernama Lathiful Khabiir.
Banyak hal yang penulis dapatkan di PKBM terutama terkait usaha dan tantangan untuk mempromosikan makna "Sadar Belajar" kepada masyarakat. Bahkan hingga ditaraf masyarakat yang belajar di PKBM orientasinya hanya mengejar Ijazah (Paket A, B, dan C)belaka sehingga budaya tak serius untuk belajar pun masih menjangkiti peserta didik tersebut.
Penulis mengawali dengan menguraikan cita-cita dari pendiri PKBM ini dari namanya yakni Lathiful Khabiir. Nama ini diambil dari asmaul husna yang berarti Maha lembut dan Maha Mengetahui.
Penulis katakan bahwa diharapkan guru yang berjuang di PKBM ini harus memiliki sifat lembut kepada peserta didiknya dan mengetahui secara detail mengenai peserta didik dan sesungguhnya ini sejalan dengan nafas kurikulum merdeka yang menekankan akan pentingnya fleksibelitas dan berpusat pada peserta didik.
Penulis jadi teringat buku Asmaul Husna yang penulis beli pada sekitar tahun 2021 karya dari Abdullah Gysmnastiar. Di buku tersebut dengan lengkap menjelaskan makna dari setiap asmaul husna. Penulis kali ini mencoba mencantumkan kedua asmaul husna yang menjadi nama dari PKBM tersebut.
Spirit Al Lathif
Kemaha lembutan Allah tampak pada kebaikan-kebaikan yang Dia hadirkan dalam segenap peristiwa. Ada hikmah dari setiap kejadian, ada pelajaran yang mendewasakan dari setiap momen kesedihan dan kenestapaan. Oleh karena itu dalam setiap kejadian seburuk apapun, strategis apapun menurut pandangan kita, Allah senantiasa menyertakan kebaikan didalamnya.
Banyaknya kesulitan yang dirasakan oleh guru/tutor di PKBM seyogyanya harus menjadi motivasi untuk mengenal lebih dalam makna guru itu sendiri. Kesulitan yang penulis dengar dari proses dialog pada kegiatan kemarin adalah banyak peserta didik di PKBM yang cenderung tidak mempunyai perhatian, semangat untuk belajar bahkan menganggap PKBM sebagai sekolahan formalitas.
Di PKBM ini kebetulan kebanyakan anak pesantren yang menjadi binaannya sehingga anak-anak tersebut tentu lebih mementingkan pelajaran di pondoknya ketimbang materi di PKBM, ini merupakan tantangan untuk kita semua.
Jika melihat sekilas, kurikulum merdeka sangat cocok diterapkan pada PKBM. Namun pada saat pelaksanaannya sungguh penuh tantangan. PKBM Lathiful Khabiir termasuk yang selalu mengamodir kegiatan kurikulum merdeka. Namun kekurangannya adalah setiap pelatihan selesai, ilmu yang disampaikan hanya sampai itu juga, ini merupakan PR kita bersama untuk mengkaji kembali akan pentingnya pendampingan.
Penulis sungguh kagum dengan kepala PKBM ini bernama Ir. Syahdani Apasha, M.Si. Beliau mengatakan pentingnya setiap guru atau instansi yang terlibat untuk "Menjemput Bola" karena tanpa hal ini pendidikan dengan segala kurikulum terbaik pun tidak akan efektif hingga akar bawah.