Lihat ke Halaman Asli

Dari Renungan Hingga Tulisan: Perjalanan Seorang Guru dalam Mengelola Jiwa dan Kreativitas

Diperbarui: 14 Agustus 2024   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pribadi

Lama tak bersua di dunia kompasiana karena berbagai kesibukan dunia sekolah yang semakin hari semakin membuat penulis merasa tertantang hingga akhirnya memperbanyak renungan. Ternyata mendidik tidak semudah yang terlihat. 

Butuh komitmen dan konsisten yang tinggi dalam menjalankannya. Mendidik bukan hanya terkait kuantitas namun bagaimana menyemai kualitas. 

Mendidik bukan hanya terkait finansial namun kita tak memungkiri akan pentingnya faktor finansial yang mempengaruhi mindset serta gerak langkah kita untuk menjalani profesi ini.

Banyak hal ternyata yang masih menjadi PR bagi penulis dalam hal meningkatkan 4 kompetensi (kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional) dalam mendidik. 

Walaupun sudah melalui PPG (Pendidikan Profesi Guru) namun dilapangan tidak semudah membalikan telapak tangan dalam mengaplikasikan kompetensi yang disebutkan. 

Penulis teringat akan perkataan Bapak Sugiannor ketika MGMP gabungan antar kabupaten seminggu silam bahwa tugas kita adalah berusaha untuk mendidik secara maksimal, urusan memberi hidayah kepada murid adalah Allah. 

Kalimat tersebut bak minuman yang menyegarkan tenggorokan dikala sedang haus, kalimat tersebut menjadi obat ketenangan ditengah ramainya  pergolakan batin dan pikiran. 

Apakah kita mendoakan murid kita ketika setiap langkah kaki keluar dari rumah untuk menuju sekolah ?  Pertanyaan ini sontak membuat diri penulis kaget, karena hampir mayoritas waktu terkadang penulis sibuk dengan memberikan label, stigma, cap stempel negatif kepada murid. 

Padahal penulis pernah membaca buku bahwa pohon yang selalu dikeluarkan kata-kata negatif akan cepat layu hingga akhirnya mati, apalagi murid yang selalu berulang-ulang dalam pikiran kita diberikan stigma negatif bahkan diucapkan kepadanya maka jiwanya akan jauh dari kecendrungan berbuat baik. Mungkin inilah definisi kesabaran setipis tisu. Bukankah Allah sesuai prasangka hambanya. Astagfirullah.

Memiliki hati seluas samudra memang seyogyanya harus dimiliki oleh seorang guru. Ternyata terkadang masalah lahir dari hati kita yang lelah. Sehingga didalam buku berjudul Terapi Psikologis karya dari dr. Adil Shadiq mengatakan bahwa akan pentingnya kita perlu untuk beristirahat yang cukup agar dapat mengontrol diri dengan baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline