Lihat ke Halaman Asli

Membangun dari Kegelisahan: Menilik Perjuangan Guru Penggerak di Tengah Badai Kritik dan Cibiran

Diperbarui: 20 April 2024   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pribadi

" Guru Penggerak sibuk diluar sekolahnya"

" Lebih mementingkan citra dibanding melayani dengan tulus kepada peserta didik"

" Sok Pintar"

" Jarang masuk ke kelas, sibuk diluar sekolah dengan dunia penggeraknya"

"ABS (asal bapak senang)"

" Depan laptop melulu"

Kalimat di atas adalah beberapa diantara lontaran yang disematkan kepada oknum guru penggerak. Hingga di sudut ruangan pun jika terdapat guru penggerak beberapa oknum guru terkadang memandang dengan sinis keberadaannya. Namun siapa sangka ditengah tekanan bertubi-tubi dari lingkungan yang seperti itu terdapat perjuangan yang luar biasa untuk tetap mengikuti program guru penggerak yang berjalan kurang lebih selama 6 bulan . 

Tentunya setiap kebijakan yang dibuat oleh negara terkait pendidikan idealnya dapat dinikmati oleh seluruh guru, namun pertanyaan berikutnya, apakah pemerintah siap untuk membuat kebijakan tersebut berjalan dengan tanpa paksaan ?Apakah jika program ini diinstruksikan kepada seluruh guru maka mereka dapat menyambutnya dengan welcome ? Apakah sistem seleksi guru penggerak sekarang ini ternyata lebih efektif karena yang mendaftar berangkat dari kemauannya sendiri ? Perlu kajian khusus dalam hal ini, penulis berharap para pakar pendidikan banyak yang menyuarakan baik melalui media sosial maupun tulisan buku. 

Penulis mengetahui beberapa pakar pendidikan yang bersuara melalui tulisan hanya segelintir seperti Bapak Gita Wirjawan, Bapak Doni, Bapak Suyanto, Bapak Darmangtyas. Lalu untuk influencer tergolong lumayan banyak baik yang pro maupun kontra seperti Guru Gembul, Alfian Bahri, Ichalago, Bapak Mujibhst,Ibu Fakurly, Bapak M, Rizky Satria,Bapak Bukik, dan lain-lain. Serta tulisan yang populer baik melalui buku ataupun artikel seperti Najeela Shihab,  OmJay, dan lain-lain. 

Penulis tadi pagi menghadiri panen hasil dari Calon Guru Penggerak angkatan 9 Kabupaten Tapin. Sungguh terlihat dari sorot mata mereka terdapat optimisme untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna di sekolahnya masing-masing. Tentu sorotan tersebut diimbangi dengan perjuangan dan kelelahan hingga mereka sampai berada di titik tersebut. Penulis mengacungi jempol semangat juang para calon guru penggerak ini yang rela keluar dari zona nyamannya untuk digembleng belajar lagi hingga 6 bulan lamanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline