Ini merupakan kali pertama penulis mengikuti challenge dari Kompasiana selama 1 bulan penuh di Bulan Ramadhan. Pada kali ini temanya mengenai arti bersyukur. Bersyukur sudah sangat akrab dalam kehidupan penulis, mengapa ? Dari nama penulis saja sudah mencerminkan hal itu. Nama penulis adalah Edmu Yulfizar Abdan Syakura. Menurut orang tua penulis, nama tersebut diambil dari penggalan surah Al Isra ayat 3, silahkan Kompasianer membaca ayat tersebut. Harapan orang tua penulis adalah agar seorang anak ini dapat menjadi hamba yang selalu bersyukur dalam meniti kehidupannya.
Penulis jadi teringat bahwa Abdan Syakura ini pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahkan Nabi pun menyatakan bahwa beliau adalah Abdan Syakura. Sebagaimana Hadist Nabi yang diceritakan istri beliau yakni Siti Aisyah R.A bahwa waktu itu Rasulullah sedang shalat malam dengan berdiri sangat lama hingga kakinya bengkak. Lalu Siti Aisyah R.A bertanya kepada Rasulullah, Mengapa beliau melakukan hal ini, bukankah dosa-dosa beliau yang telah lalu maupun akan datang telah diampuni? Dan Nabi Muhammad SAW pun menjawab
: " "
Wahai Aisyah, Bukankah diriku ini ingin menjadi hamba yang bersyukur ? ( HR. Muslim no. 2820)
Dari hadist diatas bisa kita ambil ibrah bahwa syukur dapat menciptakan kesungguhan dalam ibadah. Semakin orang itu bersyukur semakin kuat dia dalam melakukan ibadah. Maka tidak salah jika Allah mengatakan pada Q.S Ibrahim ayat 7 bahwa "Sesungguhnya jika kamu bersyukur , niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu , tetapi jika kamu mengingkari ( nikmat-Ku) , sesungguhnya azab ku benar-benar sangat keras".
Penulis bersyukur tinggal di Indonesia. Salahsatu bentuk syukurnya adalah masyarakat yang saling menghormati akan perbedaan. Kita mengetahui bahwa hari ini 11 Maret 2024 ada yang sudah melakukan puasa, dan bagi yang ikut isbat pemerintah akan melaksanakan puasa pada 12 Maret 2024. Perbedaan bukan untuk memicu konflik tapi untuk saling menambah kasih sayang dan wawasan. Oleh karena itu dalam ceramahnya di UGM KH. Prof Qurais Shihab mengatakan bahwa ukhuwah (persatuan) adalah modal terbesar kita. Ukhuwah dari segi bahasa adalah persamaan, apapun persamaan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain adalah saudaranya. Semakin banyak persamaan semakin kukuh persaudaraan. Siapapun yang seudara dengan kita itu adalah saudara kita. Binatang, tumbuhan pun itu saudara kita. Lebih tinggi dari pada itu adalah saudara sebangsa. Lahirnya bangsa karena adanya persamaan. Bisa jadi karena persamaan sejarah,budaya, cita-cita, dan lain-lain. Untuk mewujudkan persamaan itu adalah carilah titik temu. Kita bisa berbeda-beda penafsiran mengenai metode pengambilan awal puasa dengan berdasarkan hadis Nabi Muhammad, namun titik temu kita adalah semangat menjalankan perintah Allah SWT dan mencintai Nabi Muhammad SAW. Lebih lengkapnya silahkan melihat di channel youtube berikut ini.
Kemanusiaan mendahului Keberagamaan- KH. Prof Quraish Shihab
Syukur penulis selanjutnya adalah masih dapat merasakan udara kemerdekaan, sehingga kita dapat menjalani ibadah khususnya puasa dengan damai tanpa ada konflik atau peperangan yang berarti. Penulis berpikir seandainya kita sedang berada disituasi seperti saudara kita di Palestina sekarang, apa kabar fokus kita? Oleh karena itu cara bersyukur selanjutnya adalah dengan mengisi kegiatan dengan hal-hal yang bermanfaat. Apalagi di Bulan Ramadhan yang semua kebaikan dilipatgandakan. Cari sebanyak-banyaknya THR. THR disini adalah singkatan dari Terus Hidupkan Rasa Berlomba-Lomba dalam kebaikan. THR adalah salah satu cara kita untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Diantara THR dalam bulan Ramadhan adalah
1. Membaca Al Qur'an dengan adab dan sesuai kaidah tajwid.
2. Membaca dan meniru kebiasaan orang shaleh di bulan Ramadhan.