Lihat ke Halaman Asli

Degradasi dalam Perjuangan Pemuda Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Satu setengah dekade telah berlalu, era dimana catatan sejarah yang besar telah tertoreh untuk ibu pertiwi. Sebuah sistem baru yang direkonstruksi dengan harapan membawa perubahan bagi bangsa yang besar ini. Reformasi yang merupakan dasar pemikiran cendekia sempat merasuki dengan begitu menggeliat di dalam tubuh pemuda Indonesia. Bahkan sampai detik ini semangat juang para generasi sebelumnya masih berkobar pada tubuh pemuda abad ini. Sebuah dasar pemikiran yang mampu bermetamorfosa menjadi semangad juang dalam memperjuangkan nasib ratusan juta nyawa dalam tubuh ibu pertiwi.

Semangat itu pula yang kemudian mampu mempersatukan hati, pikiran, dan tujuan untuk bergerak melakukan sebuah perubahan. Hasil dari pada pergerakan itu pula yang mampu meruntuhkan rezim penguasa orde baru kala itu. Sebuah rezim yang dulunya begitu diagungkan oleh jutaan penduduk Indonesia, mampu dilumpuhkan oleh para pemuda.

Sejarah telah mencatat dalam memori kehidupan ibu pertiwi, bahwa pemuda Indonesia merupakan pelopor perubahan yang tak mampu ditandingi oleh faktor apapun. Peran dari pemuda pula yang kemudian mampu mengeluarkan ibu pertiwi dari sangkar keserakahan para penjajah. Semangat itu selayaknya mendarah daging dalam tubuh para pemuda Indonesia dan tak pernah lekang oleh bergulirnya waktu.

Realita kehidupan bangsa dewasa ini mencerminkan apakah masih ada semangat itu dalam diri pemuda Indonesia. Publik telah menyaksikan tontonan menarik dari para pemuda yang memiliki tingkat intelektualitas yang mumpuni. Intelektualitas yang sejatinya senantiasa membawa perubahan bagi bangsa menuju ke arah yang lebih baik. Namun, ironisnya kondisi yang ada kini berbanding terbalik. Tokoh-tokoh kebanggaan rakyat yang di pilih dan diberi kepercayaan serta lahir dari organisasi kepemudaan, mempertontonkan parodi penghianatan semangat juang pemuda Indonesia.

Sejak awal berangkat dengan semangat yang berkobar membela rakyat, membebaskan rakyat dari keterpurukan, serta niat untuk menuntun ke arah yang lebih baik, di tengah perjalanan mereka kehilangan arah. Kehilangan arah yang bukan berarti tersesat tanpa jalan, namun tersesat dari jalan kebenaran dan lebih memilih jalan yang merupakan sebuah fatamorgana kenikmatan duniawi.

Parodi yang diperankan bukan lagi pada sentral pemerintahan, akan tetapi telah berekspansi sampai pada titik percabangan daerah-daerah di Indonesia. Para wakil rakyat, para bupati, para walikota, para gubernur yang dulunya juga merupakan seorang pemuda terbaik telah menciderai kepercayaan rakyat yang diembannya. Adapun mahasiswa yang ikut terjun ke dunia politik praktis yang di dalamnya terdapat para tokoh-tokoh pencidera itu sebagai tutor bagi pergerakan mahasiswa itu sendiri. Sangat pahit rasanya menyaksikan fenomena ini. Alternatif yang dapat membebaskan pemuda dari jeratan paradigma tersebut yakni melalui proses pengkaderan yang baik dari sebuah organ kepemudaan.

Pengkaderan merupakan starting point dimana pergerakan pemuda akan dimulai. Awal yang baik akan berbuah yang baik pula pada target akhir sebuah perjuangan. Oleh sebab itu sudah sepatutnya organ kepemudaan yang menjadi Rahim para para pelopor kemakmuran dan kemaslahatan rakyat merevitalisasi system pengkaderan yang ada. Sehingga esensi yang terkandung dari nilai dasar perjuangan pemuda dapat diimplementasikan dengan baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline