USIANYA 25 tahun. Masih muda untuk ukuran kaum modern yang ingin mengepak sayap menggapai dunia dalam ambisi karir. Tetapi tidak, bagi Zakiah Aini. Ia ingin memburu mati. Ada janji surga di depan mata dengan mati di jalan jihad.
Begitu inti surat wasiat teroris wanita yang menyerang di jantungnya Mabes Polri di Jakarta, akhir Maret 2021 kemarin. Enam tembakan ia muntahkan dari air gun modifikasi yang dibawanya untuk mengawali prosesi penyerahan nyawa.
Berburu cepat dalam baku tembak, polisi penembak melesakkan peluru ke jantung wanita berhijab itu. Ia tersungkur tewas di tempat. Sebuah peluru bersarang di jantung menamatkan sekaligus mengabulkan hasratnya mati secepatnya.
Pikiran anak bungsu dari sebuah keluarga di Ciracas, Jakarta Timur itu begitu pendek. Sesingkat ia memilih keluar sebagai mahasiswi di semester V sebuah perguruan tinggi.
Belum jelas kenapa, gadis yang dikenal pendiam di lingkungannya itu memilih drop out kemudian menjelma menjadi seorang lone wolf alias pelaku tunggal yang menyerang markasnya polisi yang ia sebut sebagai thogut.
Merujuk surat wasiatnya, Zakiah Aini yang Kamis dini hari telah dikubur di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, memang cukup tragis. Dalam arti pemikiran sesatnya telah menjerumuskan dalam keputusan untuk melakukan bunuh diri berbalut jalan jihad.
Ia menyebutkan jihad adalah tertinggi dalam Islam. Zakiah mengklaim menempuh jalan Nabi/Razul Allah agar bisa memberi syafaat untuk mamanya di akhirat.
Zakiah memiliki pemikiran seolah mulia dengan jalannya itu akan memuliakan orang tuanya. Kriteria yang dipakai adalah pemikiran surga berdasar pengetahuan mungkin juga doktrinasi pihak pencuci otaknya yang sangat sesat.
Ia pun mengharamkan demokrasi, pemilu, Pancasila, UUD, pemilu, yang dianggapnya merupakan ajaran kafir yang musyrik sebagai bentuk permutadan tanpa sadar.
Bahkan mengajari orang tuanya untuk berhenti berhubungan dengan perbankan. "Pesan Zakiah untuk Mama dan keluarga, berhenti berhubungan dengan bank (kartu kredit) karena itu riba dan tidak diberkahi Allah. Pesan berikutnya agar Mama berhenti bekerja menjadi Dawis yang membantu kepentingan pemerintah thogut," katanya.
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa berdasar penyidikan ditemukan bahwa 21 jam sebelum aksi teror di Mabes Polri ia masuk ke jejaring media sosial Instagram. Ia mengunggah foto bendera ISIS dan bagaimana berjuang.