PRESIDEN Donald Trump belum bersedia keluar dari Gedung Putih. Meski sudah dinyatakan kalah dalam Pilpres, ia bersikukuh ingin bertahan di Gedung Putih hingga titik akhir.
Semula ia berencana meninggalkan gedung putih sehari sebelum pelantikan Joe Biden. Namun, ia urungkan. Trump ingin tinggal semalam lagi. Tidak diketahui apalah malam terakhir ia akan seranjang dengan istrinya Melanie atau sudah ditinggal pergi.
Trump pun berencana keluar gedung putih bersamaan dengan pelantikan Joe Biden di Gedung Capitol, Washington DC. Ia memang ogah menghadiri pelantikan rivalnya itu.
Jika sesuai rencana, tetapi juga bisa berubah, saat Biden dilantik, Trump baru akan terbang ke Pangkalan Udara Militer Gabungan Andrews di luar Washingtin DC. Di sana ia akan melakukan perpisahan singkat dan mendapat penghormatan terakhir sebagai presiden.
Trump kemudian bertolak ke resort pribadinya Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida. Di pangkalan militer itu pengawalan ketat sebagai presiden ke-45 AS dilucuti. Ia tetap masih mendapat pengawalan terbatas sebagai eks presiden.
Namun, segala masih mungkin terjadi dalam 2x24 jam ke depan. Pasalnya, Trump masih saja ngotot dicurangi oleh Partai Demokrat. Tentu saja, masih mengklaim diri seharusnya sebagai pemenang dan berstatus presiden dua periode.
Pasti, ia tidak mengakui Joe Biden sebagai pemenang dalam Pilpres pada 3 November 2020 lalu itu. Apalagi mengakuinya sebagai presiden ke-46 Amerika Serikat.
Itu sebabnya, ia tidak pernah mengundang Joe Biden ke Gedung Putih, duduk ngopi di Gedung Oval yang menjadi kantor resmi presiden. Tradisi transisi pergantian presiden tak ia lakukan. Perjumpaan terakhir dengan Biden saat debat presiden dan itu dibawanya sebagai dendam pribadi.
Perlawanan Trump sejak perhitungan suara tiga bulan lalu telah menyuburkan kelompok-kelompok kanan ultransionalis. Mereka mendapatkan momen pembangkangan, juga perlawanan kepada pemerintah.
Seperti halnya yang dilakukan Trump, mereka juga mengacak-acak tatanan dan sistem demokrasi di AS yang selama ini dipuji dan menjadi sumber rujukan hampir mayoritas negara di di dunia.
Trump tidak mengecam aksi kelompok konspirasi QAnon, misalnya, yang ikut menyerbu rapat Kongres di Gedung Capitol pada 6 Januari lalu. Demikian pula terhadap kelompok seperti PourdBoys atau Cowboys for Trump.