Lihat ke Halaman Asli

Titik Awal Kemajuan Politik Islam: " Isra' Mi'raj " (Sebagai Teladan)

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam berbagai ulasan tentang Isra' Mi’raj, sangat jarang dikemukakan sisi kepemimpinan beliau. Yang sering diulas adalah sisi 'kontroversi', apakah Nabi saw melakukan Isra' Mi’raj dengan jasad dan ruhnya sekaligus, atau dengan ruhnya saja. Atau pembahasan Isra' Mi’raj hanya berkutat pada dimensi shalat sebagai 'oleh-oleh' Nabi Muhammad S.A.W dari perjalanan itu.
Namun tidak melihat dari sisi masa pada saat itu sebelum Allah Sang Pemanggil, memerintahkan Beliau untuk Mi'raj .. ? dan dampak Politik Islam sesudah Mi'raj.
Sebelum Isra' Mi'raj masa itu Nabi dan para pengikutnya berada di atas Bukit yang begitu gencar mendapat tekanan Politik dan segala sendi kehidupan (artikan diembargo) oleh kaum Quraish, baik dalam Ekonomi dan Budaya, Disanalah pembuktian Keteladanan dan Kearifan Nabi sebagai Pemimpin pengikutnya (koalisi murni karena Allah)

Peristiwa Isra dan Mi’raj terjadi satu tahun sebelum peristiwa Hijrah dari Mekah ke Madinah untuk mendirikan Negara disana, tentunya keputusan Rasulullah untuk membangun Negara di Madinah tidak mungkin sempurna kecuali dipenuhinya dua hal, yakni ideologi dan sistem yang dibangun haruslah kuat, akurat dan sejalan dengan fitrah manusia.. Shiddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh

Allah punya Kehendak dan Rencana, sebelum Rasullullah membangun sebuah Negara dan Pemerintahan yang Kuat di Madinah, maka Allah memberikan Strategi Politik yang Maha Jitu untuk Muhammad SAW yang tidak diberikan oleh Nabi-Nabi dari Bangsa sebelumnya... Itulah ISRA' Mi'RAJ yang sekaligus mendobrak penentu antara Tauhid dan rasional, atau boleh dikatakan revolusi mental saat itu... Mengapa demikian ? inilah sisi lain dari Isra Mi'raj yang mempengaruhi Peta Politik Dunia saat itu.

"Sebelum Mi'raj ,Nabi Muhammad SAW melakukan Sholat dimana saat itu Rasullullah sebagai pemimpin (Imam) Sholat di Baitul Maqdish (Masjidil Aqsha) dimana para ma'mumnya adalah para Nabi-Nabi sebelumnya termasuk Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS (Bani Israil) dimana Bani Israil yang pada saat itu mengusai kekuasaan mayoritas, Dengan begitu garis politikpun merubah semua doktrin-doktrin merugikan kaum Muslim pada masa itu.."

TANDA TANYA BESAR :
Bagaimana dengan maraknya Politik bangsa kita saat ini, yang saling Hujat, Cela Fitnah sesama Muslim itu sendiri... ?
Apakah cara berpolitik kita (akar rumput) dalam media-media sudah sesuai dengan Akidah, Norma Agama yang kita anut saat ini ?
Sudahkan para pemimpin Islam meneladi yang pernah Rasullullah contohkan dalam berpolitik dan bernegara ?
Adakah Sikap dan Sifat Calon Kepemimpinan kita sesuai dengan yang dimiliki oleh Rasulullah ?

REALITA SAAT INI :
Pudarnya kewibawaan para pemimpin kita, salah satunya disebabkan oleh hilangnya keteladanan mereka. Antara kebijakan di atas kertas dengan realitas seringkali berbeda. Suatu saat pemimpin berbicara tentang pemerintahan yang bersih, tetapi ternyata di kemudian hari terbukti justru ia yang terjerat kasus korupsi. Seorang pemimpin mengajak rakyat hidup sederhana, namun di lain kesempatan justru ia memberi contoh hidup mewah, misalnya dengan menggelar pesta yang wah!

Maka, di tengah minimnya teladan kepemimpinan politik saat ini, semoga kita menemukan pemimpin-pemimpin ber-akhlak karimah, yang sanggup mengambil teladan universal kepemimpinan Nabi Muhammad saw. Pemimpin yang demikian inilah yang dinanti-nanti kehadirannya oleh rakyat Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline