Lihat ke Halaman Asli

Pasir untuk Mainan

Diperbarui: 16 Januari 2016   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Keceriaan di Kali Gelis Kudus yang berada di Panjang, Bae, Kudus"][/caption]Mungkin saja ini karena kangen, Nak, sehingga pikiran Papa teringat padamu. Begitu juga saat melihat pengamen di bus Langsung jurusan Kudus-Tegal. Kulitnya cokelat seperti kulitmu, hidungnya mancung, lebih mancung dari hidungmu. Sampai jemari kakinya Papa amati, ada kemiripan dengan milikmu. Ah, mungkin ini hanya karena kangen padamu.

Dia mengamen sendirian. Sepertinya dia hampir putus asa ketika tape di bus itu suaranya kencang. Lagunya dari Monata, grup dangdut Pantura.

“Numpang ngamen, Pir,” katanya.

Suara musik itu tetap saja keras.

“Numpang ngamen, Pir,” katanya lagi.

Tapi, lagi-lagi sopir itu tak memedulikannya. Akhirnya seperti beradu kuat, anak yang berumur sekitar 15 tahun itu mulai menyanyi. Suaranya kalah kuat. Dia tetap menyanyi. Hingga selesai, musiknya bus itu tetap keras sehingga lagu si pengamen tak terdengar. Dia lebih kecewa lagi, karena hanya sedikit yang memberi uang.

“Semoga besarmu tidak mengalami seperti ini, Nak” batin Papa.

Papa terkadang membayangkan yang tidak-tidak. Misalnya, bagaimana nanti jika Papa tiba-tiba meninggal dunia. Siapa yang akan menghidupi kalian. Kalian harus banting tulang mencari nafkah. Sementara kami, sebagai orang tua belum bisa menyiapkan warisan harta.

Dua hari lalu pun Papa tiba-tiba iba kepadamu, Nak. Saat melihat rambutmu baru saja kering. Matamu masih tampak seperti berendam di air.

“Habis menggali pasir, Nak?”

“Iya.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline