Pagi ini , seperti biasanya, selepas sholat subuh dan tilawah Al Quran, saya olahraga dengan jalan kaki kurang lebih 45 menit. Kali ini, di sekitaran pasar Pancasila Kota Tasikmalaya.
Rutenya dari Jalan Sutisna Senjaya, pertigaan pertama belok kanan, kemudian menyeberangi rel kereta, belok kiri lurus sekitar 300 meter, sampailah di tujuan, pasar tradisional Pancasila. Jalan ke arah pasar, sebelah kirinya dipenuhi aneka tanaman hias dan bunga, serta termasuk potnya.
Biarkan Bunga Mekar Sampai Sempurna
Sengaja saya lewat area penjualan bunga, kebetulan saya suka bunga, dan mau menikmati indahnya tanaman bunga sepanjang jalan samping rel kereta, dekat stasiun Tasikmalaya.
Bunga, bahasa Arabnya " " (zahrah), bahasa inggrisnya flower, sedangkan bahasa Jawa dan Sunda-nya sama, yaitu kembang.
Bagi saya, semua bunga indah dan ada keunikan tersendiri. Karenanya saya tidak mau merubah suatu bunga menjadi bunga lainnya atau membanding-bandingkannya, melainkan menerima apa adanya bunga tersebut.
Keragaman bunga jusru terasa indah. Ia menampilkan diri, penuh kejujuran dan apa adanya, namun berusaha tampil sebaik mungkin, hingga mekar sempurna dan penuh pesona. Makanya saya tidak setuju dengan puisi "Bunga"-nya, Sapardi Djoko Damono:
Bunga
Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.
Ia rekah di tepi padang waktu hening pagi terbit;
siangnya cuaca berdenyut ketika nampak sekawanan gagak terbang berputar-putar di atas padang itu;
malam hari ia mendengar seru serigala.
Tapi katanya, "Takut? Kata itu milik kalian saja, para manusia. Aku ini si bunga rumput, pilihan dewata!"
Positioning
Sepanjang jalan menuju pasar Pancasila, ada aneka bunga, tanaman buah, dan pot hias serta batu nisa. Ada bunga Keladi, Monstera, Calathea, dan lainnya. Tanaman Mangga, kelengkeng dan lain-lain. Bahkan bunga plastik dan karangan bunga pun bisa dilayani. Dari sisi penjual, banyak florist penjual bunga, seperti CV Nusa Indah, Delisa Florist, Kernesen, dan lainnya.