Lihat ke Halaman Asli

Edi Purwanto

Laskar Manggar

Ayahku Pahlawanku

Diperbarui: 17 November 2021   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I Love You, Ayahku Pahlawanku

Tanggal 12 November diperingati sebagai Hari Ayah. Dua hari sebelumnya, tanggal 10 November, kita peringati sebagai hari Pahlawan. Oleh karena itu, tema pada tulisan ini adalah Ayahku Pahlawanku.

Cerita, Sang Ayah yang Penuh Hikmah.

Suatu hari, Lukmanul Hakim ingin mengajarkan hikmah kepada Putranya. Beliau mengajak putranya ke pasar, seraya membawa seekor keledai, yakni sekor kuda kecil. Awalnya Beliau yang naik ke punggung keledai, sementara anaknya berjalan kaki menuntun keledai tersebut. Orang yang kebetulan bertemu mengomentari, Lukman sebagai orang tua yang tidak memiliki kasih sayang dan kejam kepada anaknya, karena membiarkan anaknya berjalan kaki, sementara dirinya duduk di atas keledai.

Mendengar komentar masyarakat, Lukman pun lantas merubah posisinya. Anaknya naik keledai dan Beliaunya jalan kaki. Ternyata komentar masyarakat pun berubah. Mereka menuduh sang anak tidak sopan, membiarkan orang tuanya berjalan kaki. Mendengar komentar masyarakat, Lukman pun merubah skenario, mereka berdua naik ke keledai. Melihat ada dua orang menunggang keledai yang kecil, masyarkat pun berkomentar, bahwa mereka tidak punya perasaan perikehewanan, dan tidak sayang binatang, karena menaiki keledai berdua.

Mendengar kritik masyarakat yang demikian, Lukman berubah sikap. Mereka lantas turun dari keledai, dan berjalan seraya menuntun keledai. Melihat ada orang yang menuntun keledai, masyarakat pun mengolok-oloknya sebagai orang yang bodoh, karena keledainya tidak dinaiki, padahal mereka kepayahan. Mendengar olok-olok masyarakat demikian, kemudian Lukman merubah sikap, mereka berdua lantas menggotong keledainya. Melihat ada orang yang menggotong keledai, ternyata komentar orang pun tidak berhenti, mereka mengoloknya sebagai orang gila, karena keledai bukannya dinaiki, malah digotong.

Dari peristiwa tersebut, Lukman pun berpesan kepada putranya. Betapa bisa berubah-ubahnya pandangan masyarakat. Dan jika kita sudah yakin pada suatu kebenaran, maka tetaplah istiqomah pada kebenaran itu, apapun komentar orang lain.

Ayahku Guruku, Ayahku Pahlawanku

Ada tiga hikmah dari peringatan Hari Ayah sekaligus hari Pahlawan. Pertama, Menjadi Ayah adalah menjadi guru, sekaligus tauladan dalam Keluarga. Sebagaimana kisah Lukman di atas ketika mendidik putranya. Beliau sebagai seorang ayah, membersamai dan mengajak putranya, mengajarkan hikmah walau sambil berjalan menuju pasar.

Ayah adalah guru dalam aqidah, ibadah dan akhlak serta aspek kehidupan lannya. Sebagaimana yang diajarkan oleh Lukman kepada putranya agar putranya tidak melakukan syirik. Dan itu semua sebagai bentuk tanggung jawab seorang ayah kepada keluarganya. Allah SWT berfirman :

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka .. (QS At Tahrim (66) : 6).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline