Lihat ke Halaman Asli

Saat Ini, Mengecam Kabinet Kerja, Bisa Rugi Sendiri

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini sebuah analogi atau contoh;

Dalam bursa saham ada saham yang performanya baik. Dengan didukung laporan keuangan perusahaan yang sangat bagus, bursa mendorong harga saham itu terus naik dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, bahkan masuk hitungan tahunan. Belum ada tanda-tanda laporan keuangan maupun berita-berita terkait perusahaan tersebut yang bisa melemahkan harga saham tersebut. Pasar mendukungnya dengan penuh kepercayaan.

Terhadap saham ini apakah Anda akan;

a)Mengumpulkan semua harta kekayaan Anda lalu menekan turun saham itu?

b)Ikut mendukung saham tersebut?

Kalau Anda memilih pilihan a, berapapun kayanya Anda, maka kekayaan Anda akan habis untuk menekan saham tersebut. Sementara kalau Anda memilih b, maka nilai kekayaan Anda ikut naik.

Analogi atau contoh di atas sebenarnya ditujukan untuk para politisi, baik yang duduk di DPR, DPRD atau di partai politik. Saham tersebut adalah Presiden Joko Widodo. Dengan banyaknya prestasi kerja yang dibuat Presiden Joko Widodo sejak masih menjabat walikota Solo dan sedikitnya kekurangan yang tercatat padanya, maka Presiden Joko Widodo ibaratnya saham yang sedang menanjak naik. Kalau ada politisi mengecam Presiden Joko Widodo di media, si politisi tersebut sebenarnya sedang membuang kredibilitas dirinya di mata masyarakat. Semakin banyak seorang politisi mengecam Presiden Joko Widodo sementara si presiden tidak membuat kesalahan-kesalahan yang berarti, semakin buruk nama politisi tersebut di mata masyarakat. Bukan tidak mungkin, para pemilih Anda akan berkurang banyak pemilihnya di pemilu 2019, sehingga Anda bisa tersingkir dari posisi wakil rakyat.

Khusus untuk kenaikan harga BBM, tindakan ini sudah berbulan-bulan dijelaskan sebab dan alasannya oleh Presiden Joko Widodo, juga oleh orang-orang terdekatnya. Sudah disiapkan kompensasinya untuk masyarakat paling miskin. Saat mayoritas masyarakat bisa menerima kenaikan BBM, para politisi yang mengangkat isu ini tidak akan mendapat simpati dan perhatian besar dari masyarakat. Bisa malah mengurangi simpati dan nantinya bisa mengurangi perolehan suara di pemilu 2019.

Kabinet yang baru saja berakhir masa kerjanya mencatatkan banyak menteri tertangkap KPK karena korupsi. Masyarakat banyak yang mengecamnya. Kabinet itu menjadi seperti saham yang sedang turun drastis nilainya dan politisi yang ikut mengecam mereka, mendapat simpati dari masyarakat. Sebagai catatan, si politisi pengecam haruslah juga bebas korupsi. Kalau dibandingkan kabinet yang lalu dengan kabinet yang baru sebulan bekerja saat ini, Kabinet Kerja belum memiliki kesalahan apapun. Tindakan beberapa menteri Kabinet Kerja malah sangat menarik perhatian dan simpati masyarakat. Mudah-mudahan para menteri ini benar-benar melakukannya demi tugasnya, bukan demi menarik perhatian masyarakat. Waktu jua yang akan membuktikannya. Intinya, Kabinet Kerja itu setali tiga uang dengan Presiden Joko Widodo, mereka satu paket, yaitu saham yang sedang naik. Kharisma, kerja keras dan kesederhanaan Presiden Joko Widodo menurun pada Kabinet Kerja. Artinya, politisi manapun yang saat ini mengecam salah satu menteri, berarti si politisi membuang-buang kredibilitasnya di mata masyarakat.

Ini bisa dibuktikan. Politisi manapun yang melakukan tindakan atau kecaman yang sangat keras terhadap salah satu menteri atau bahkan kepada presiden langsung, maka respon masyarakat melalui media cetak, media elektronik dan media sosial akan balas mengecam si politisi pengecam dengan jumlah banyak. Mau mencoba respon masyarakat? Coba kecam presiden dengan keras, lalu pantaulah Twitter!

Tulisan ini memang tidak mengasumsikan para politisi bekerja demi kepentingan masyarakat, tetapi secara pragmatis bekerja demi kepentingan karirnya sendiri.

Para politisi, pertimbangkanlah matang-matang sikap Anda saat ini saat menghadapi Presiden Joko Widodo dan kabinetnya. Kapan Anda perlu berlawanan pendapat, kapan Anda perlu mendukung, itu berpengaruh pada kredibilitas Anda di mata masyarakat. Ini berpengaruh pada karir politik di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline