Lihat ke Halaman Asli

Akhirnya Jadi Juga Kue Kering Saya

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Mbak Edi bikin kue kering nggak? Aku mau pesen nih!" Begitu kira-kira suara seorang tetangga saya yang menelpon di nomer simPATI Telkomsel saya beberapa waktu lalu. Saya pun menjawabnya begini "waduh belum tahu ya mbak, nanti kalo saya bikin tak kabari wis!" Ehh teman saya tadi malah balas begini, "bikinlah mbak, nanti Darryl saya yang jagain wis!" Walah ternyata tetangga saya itu sudah terlalu hafal dengan alasan saya. Darryl anak bungsu saya ini memang selalu menjadi senjata ampuh untuk menolak permintaan teman atau tetangga saya dalam hal membuat kue kering. Tapi memang begitulah adanya, saya sebenarnya paling malas bikin kue kering meskipun saya bisa membuatnya. Tidak telaten itulah mungkin faktor penyebab utamanya. Bikin kue kering itu khan butuh kesabaran dan ketelatenan karena bentuknya yang kecil dan mungil begitu. Sejak ada Darryl, makanya tambah malas pula saya melakukannya.

Pasti pada tidak percaya ya kalau saya bisa bikin kue kering khas lebaran. Bisa lagi, bahkan teman dan tetangga saya adalah beberapa orang yang jadi penggemar kue kering bikinan saya lho! Resep kue kering saya peroleh dulu dari tante (adik dari mama mertua) saya yang tinggal di Jakarta. Menurut saya tante kalau bikin kue apa saja, mau kue kering atau pun cake macam black forest gitu selalu enak. Nggak kalah dengan bikinan toko-toko kue terkenal yang ada di Jakarta atau Bandung sana. Tidak salah kiranya kalau setelah pensiun sekarang, tante saya itu membuat usaha dibidang kuliner di Jakarta.

Nah, ceritanya beberapa tahun yang lalu di hari lebaran saya dan keluarga besar suami berkumpul di rumah mertua. Dulu memang saya dengan seorang kakak ipar dan mertua tinggal di komplek yang sama hanya beda blok aja. Sementara dua kakak ipar saya yang lain tinggal di luar kota. Sejak dua atau tiga hari sebelum hari Idul Fitri, semua keluarga sudah pada berdatangan di rumah mertua. Ketika para suami pada sholat tarawih di masjid, para istri pada sibuk bikin kue untuk hidangan lebaran. Yang paling asyik ya bikin kue kering dan menghias black forest. Meskipun waktu itu saya juga punya anak kecil yaitu si sulung Danny, tapi saya tidak terlalu repot karena ada 2 adik ipar saya yang dengan senang hati menjaga anak saya dan beberapa keponakan.

Begitu hari lebaran tiba, kue-kue kering bikinan saya dan kakak-kakak ipar saya sengaja kami pajang di meja tamu. Dan sudah menjadi tradisi di komplek tempat tinggal kami, sehabis sholat Idul Fitri, para tetangga saling berkunjung untuk halal bihalal dan bersilaturahmi. Begitu mereka mencicipi kue kering kami, mereka langsung pada bertanya, dimana kami membelinya. Karena kata mereka kue kering bikinan kami tak kalah rasanya dengan kue kering IN* Cookies yang buatan Bandung itu. Walah jelas kami bangga dong! Bikinan sendiri alias made in dewe je hehehe. Akhirnya di lebaran-lebaran berikutnya ada aja yang pesan kue kering ke kami. Nah, salah satunya ya tetangga saya yang beberapa waktu lalu menelpon itu. [caption id="attachment_126786" align="aligncenter" width="470" caption="nastar keju (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_126787" align="aligncenter" width="470" caption="kaastengel (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_126788" align="aligncenter" width="470" caption="putri salju (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_126789" align="aligncenter" width="470" caption="sagu keju (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_126790" align="aligncenter" width="470" caption="skippy keju (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_126792" align="aligncenter" width="470" caption="spekulas (dok.pribadi)"][/caption]

Persoalannya kalau dulu meskipun ada anak kecil, saya tidak begitu repot untuk bikin kue lebaran karena ada adik-adik ipar saya. Lha kalau sekarang ketika saya masih punya anak kecil lagi, pastilah akan sangat repot untuk bikin kue lebaran karena adik-adik ipar saya sekarang sudah pada tinggal di luar kota. Tapi ya karena merasa nggak enak aja sama tetangga saya tadi, akhirnya saya putuskan untuk bikin juga kue kering yang dia pesan. Agar si kecil Darryl tidak mengganggu kerja saya, maka saya putuskan bikinnya di rumah kakak ipar saya yang juga tinggal satu komplek cuman beda blok. Kebetulan ponakan saya (anak dari ipar saya) sudah remaja, jadi kalau suruh jagain Darryl juga bisa. Akhirnya beberapa hari belakangan ini saya jadi sering meluncur ke rumah kakak ipar saya sekedar "nitip" Darryl sekaligus bikin kue. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui hehehe. Anak terjaga, kue kering pun juga berhasil dibikin. Malah bikinnya jadi seru dan cepat dengan kakak ipar yang kebetulan tahun ini sudah resign dari kantornya. [caption id="attachment_126793" align="aligncenter" width="470" caption="sudah sesuai estetika belum hehehe (dok.pribadi)"][/caption]

Adapun kue kering yang biasa kami buat di bulan Ramadhan begini diantaranya adalah kueputri salju keju, skippy keju, kaastengel, nastar keju, sagu keju, dan spekulas keju. Mengenai resepnya sih memang banyak di internet, tinggal browsing juga bisa. Tapi khusus buatan saya karena ini resep keluarga, makanya sengaja tidak saya publikasikan. Rahasia dapur keluarga ceritanya. Siapa tahu nanti saya alih profesi sebagai penjual kue lebaran, bisa jadi khan. Daripada saya punya saingan nanti, makanya saya rahasiakan resepnya hehehe. Tapi yang pasti tidak terlalu beda jauh koq resepnya dengan yang banyak terdapat diinternet. Sedikit bocoran saja ya, saya memang tidak pernah memakai margarine merek Blue****(sensor biar nggak dikira iklan hehehe), tapi semua saya pakai yang Wis***. Memang agak mahal sih harganya, tapi rasanya juga beda koq. Terus untuk kue nastar, selai nanasnya juga tidak saya beli jadi melainkan bikin sendiri, marut nanas sendiri untuk dibuat selai. Jadi dijamin tanpa bahan pengawet deh! Dan khusus untuk kue sagu keju, tepung yang saya pakai sebelumnya saya sangrai dulu dengan daun pandan agar ada aroma pandannya. [caption id="attachment_126785" align="aligncenter" width="587" caption="hanya bikin 6 macam saja (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_126795" align="aligncenter" width="587" caption="beberapa toples ini sudah berubah jadi lembaran rupiah lho! (dok.pribadi)"][/caption]

Kata orang ada harga, ada rupa. Jadi nggak masalah ketika tetangga saya pesan dan saya kasih bandrol harga yang lumayan mahal. Namanya juga nyari untung. Apalagi ini khan semua bahan saya beli disini, harga Kalimantan maksudnya hehehe. Akhirnya kemarin siang tetangga saya tadi nelpon lagi, nanya apakah kue kering pesenannya sudah ada yang jadi belum. Saya jawab, sudah. Mau ambil berapa toples pun bisa hehehe. Dan pada malam harinya, beberapa toples kue kering saya sudah berpindah tangan berganti menjadi lembaran uang rupiah. Senang dong, pasti! Setelah sekian lama tidak bikin kue, akhirnya bisa bikin lagi gara-gara teman nelpon ke nomer simPATI Telkomsel saya itu. Untuk sementara kue kering saya belum saya kasih label nama. Mungkin nanti kalau saya benar-benar alih profesi jadi tukang kue kering, baru deh saya kasih nama kue kering saya itu. Atau mungkin ada usulan dari teman-temannya, enaknya dikasih nama apa ya kue kering saya ini hehehe.

Nah ini cerita Ramadhanku, apa cerita Ramadhanmu....haalaah.... (pasti deh gerombolan mak-mak bawel and the gank pada mbatin nih, ternyata mbak Edi bisa juga ya bikin kue hahaha)

Telkomsel-Ramadhanku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline