[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="gambar dari google.com"][/caption]
Siang hari, seperti biasa Imin menunggu kedatangan Rahma dari sekolah. Di bawah pohon randu, diujung desa, Imin selalu setia menanti kedatangan Rahma, gadis pujaannya itu. Sambil duduk diatas motor Ducati kesayangannya, Imin menghisap-isap ibu jarinya. Kebiasaan yang selama ini masih sulit ia tinggalkan. Motor sih boleh keren, tapi kalau lihat dandanan Imin saat itu, nggak banget deh! Memakai baju monyet favoritnya plus sepatu boots, sungguh norak sekali. Belum lagi lagi syal yang diikatkan dileher dan topi yang dikenakannya, bagi Imin itu sudah dandanan yang paling keren. Semua itu terinspirasi dari film-film coboy yang suka ditontonnya. Mendingan kalau coboy khan di padang begitu, lha ini khan di desa dimana kanan kirinya dipenuhi sawah-sawah nan hijau. Setiap orang yang melintas di depan Imin pasti akan tersenyum melihat penampilan Imin yang demikian. Mana ada coboy masuk desa gitu, mau nyangkul apa? Begitu batin mereka semua. Sementara di lain pihak, Imin justru bangga diperhatikan orang begitu. Dalam hatinya dia berkata, pasti orang-orang itu terkagum-kagum melihat penampilannya itu.
Tengah asyik Imin membayangkan orang-orang yang terkagum-kagum akan penampilannya, tiba-tiba Imin melihat Rahma muncul dari kejauhan. Imin pun kegirangan. Segera ia turun dari motor Ducatinya hendak nyamperin Rahma, gadis pujaan hatinya. Dengan gaya jalan yang sok dimacho-machoin, tapi tetep saja tampak lemah gemulai.
“Selamat siang Rahma, apa kabar?” sapanya ramah.
Rahma yang merasa bakal dicegat Imin, buru-buru membalas sapaan itu.
“Baik…” jawab Rahma sambil mempercepat langkahnya.
Rahma bingung, mau balik arah koq jauh sekali jalannya. Kalau nggak balik arah koq ya eneg rasanya bertemu dengan Imin. Pokoknya jadi serba salah deh bagi Rahma.
“Lho koq buru-buru sih, mau kemana Rahmaku sayang?’ kata Imim kemudian begitu dilihat Rahma seperti hendak menghindar darinya. Imin pun berusaha menghalangi langkah Rahma sambil melebarkan kedua tangannya. Merasa jengah diperlakukan begitu, Rahma berusaha menepiskan tangan Imin seraya berkata.
“Sayang…sayang… sejak kapan aku jadi pacarmu heh? Minggir sana!” bentak Rahma sewot.
“Lho aku khan pacarmu, orang tuamu bahkan sudah menerima lamaran dari orang tuaku. Berarti kita sekarang pacaran dong!” balas Imin dengan gembira.
“Idih…amit-amit deh! Lagian siapa yang mau sama kamu? Jalan aja masih nggak bener koq mau jadi suamiku, ngaca dong!"
“Lho emangnya ada apa dengan jalanku?" tanya Imin bingung.
“Yaelah… pake nanya pula, jalanmu tuh masih kayak banci, tau! Jadi laki-laki tuh yang jantan, jangan melambai-lambai kayak gitu. Contoh tuh pendekar! Jalannnya gagah, badannya kekar!” balas Rahma sewot. “Sudah…sudah sana minggir aku mau pulang,” lanjutnya masih dengan nada dongkol.
Imin pun akhirnya tak kuasa menahan langkah Rahma. Dia jadi merenung tentang apa yang Rahma barusan bilang. Jadi aku selama ini dianggap kurang jantan, kurang gagah dan kurang kekar ya oleh Rahma, tanyanya dalam hati. Ah..gampang, aku khan bisa lihat di internet bagaimana caranya membuat badan gagah dan kekar, lonjaknya kegirangan. Buru-buru Imin mengambil motornya yang terparkir di bawah pohon tak jauh dari situ, kemudian distaternya motor itu dan segera meluncur pulang ke rumah.
Sampai di rumah Imin segera duduk di depan komputer. Begitu komputer dinyalakan, ia segera mencari artikel tentang cara membuat badan menjadi gagah dan kekar. Dari semua artikel yang dibacanya semua menganjurkan hal yang sama, yaitu harus rajin berolah raga dan makan-mkanan yang sehat. Ah…kalau makan sih gampang, tapi kalau suruh olah raga, ogah ah! Begitu batin Imin. Karena merasa tidak menemukan jawaban yang memuaskan di internet, Imin pun mencoba cari tahu lewat pegawai-pegawai yang bekerja di usaha tempe bapaknya.
“Pak mau nanya, gimana caranya ya supaya jadi jantan, gagah dan perkasa?" tanyanya suatu ketika kepada salah seorang pegwai ayahnya. Merasa ditanya begitu, salah seorang pegawainya asal menjawab dengan maksud bercanda.
“Kalo saya mah gampang, lihat perempuan mandi telanjang aja sudah membuat saya tambah jantan hehehe..” jawab pegawai itu santai.
“Ooo…gitu ya?” balas Imin bloon. Merasa mendapat jawaban yang memuaskan, Imin pun langsung mempraktekkan omongan pegawainya. Segeralah ia menuju ke sungai, tempat sebagian orang desa mandi disana. Tujuannya hanya satu, yaitu melihat perempuan yang sedang asyik mandi. Begitu sampai sungai, Imin segera mencari tempat yang rimbun agar tidak diketahui orang. Imin sangat terkejut melihat ibu-ibu pada mandi di sungai. Mereka rata-rata hanya memakai kain sebatas dada. Ada juga yang hanya mengenakan penutup dada. Dalam keadaan basah begitu, nampak sekali lekuk tubuh mereka. Imin terkagum-kagum melihat pemandangan seperti itu. Jakunnya menjadi turun naik. Setiap kali dia mengintip orang mandi, ia merasakan ada sesuatu yang berubah dibagian alat kelaminnya. Satu, dua, tiga kali sih nggak ketahuan. Imin pun mulai ketagihan. hingga suatu ketika ada orang yang memergoki dirinya.
“Hai Imin…sedang apa kau disitu? Awas ya kulaporin ayahmu nanti!” bentak seorang warga yang melihat Imin tengah mengintip ibu-ibu mandi. Imin pun terkejut dan segera melarikan diri.
Merasa tidak nyaman lagi mengintip orang mandi, Imin pun mengalihkan kegemarannya itu lewat internet. Dicarinya film-film dan gambar-gambar porno. Karena merasa lebih nyaman di rumah, Imin pun ketagihan. Pada akhirnya Imin jadi anak rumahan. Dia hampir-hampir tak pernah beranjak dari kamarnya. Hari-harinya dihabiskan untuk melihat film dan gambar porno di internet. Tentu saja hal ini membuat orng tuanya terheran-heran. Setiap kali ditanya, ngapain aja di kamar. Imin selalu menjawab sedang melatih badannya agar kelihatan jantan, gagah dan perkasa. Anehnya, orang tuanya tidak melihat perubahan yang sangat berarti dari badan Imin. Ia tetap saja kerempeng dan gayanya pun tetap lemah gemulai. Justru dibagian pantatlah yang nampak berubah. Pantat Imin sekarang tambah tipis tak berdaging alias tepos. Penasaran akan apa yang dilakukan Imin di dalam kamar, orang tuanya pun berusaha mencari tahu dan alangkah terkejutnya mereka setelah melihat apa yang dilakukan Imin. Orang tuanya marah besar, tetapi dasar bandel Imin pun tetap nggak peduli.
Saking sedihnya melihat kelakuan Imin, suatu ketika ibunya pun jatuh sakit. Lama-kelamaan sakit ibu nya Imin bertambah parah. Tentu saja kondisi membuat Imin sangat terpukul begitu juga ayahnya. Imin yang tadi memikirkan dirinya sendiri, mulai merenungkan semua tinglah lakuknya selama ini. Akhirnya di depan ibunya yang sedang dirawat dirumah sakit, Imin berjanji akan merubah semua sifat jeleknya.
***
Waktupun berlalu dengan cepat. Ibunya pun kembali sehat seperti sediakala. Imin yang tadinya manja, sekarang sudah menjadi seorang pria dewasa. Semua pikiran cabul sudah dia tinggalkan. Bahkan keinginan untuk menikah di usia muda tidak lagi menjadi obsesinya. Dia memilih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
--- SELESAI ---
Penulis : Valentino + Edi Kusumawati (Nomer Peserta : 116)
Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H