Lihat ke Halaman Asli

Jan Bestari

Merayakan setiap langkah perjalanan

Cinta Mati (15 Rahasia Raja)

Diperbarui: 31 Januari 2022   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Shutterstock/Illustrasi dibuat pribadi dengan pictsart app

Tidak tahu berapa lama aku tertidur dikamar yang terasa tidur diatas awan. Waktu rasanya berjalan lamban. Siang dan malam berganti seperti tiada membebani. Mungkin itu sebabnya wajah orang-orang disini terlihat awat muda. Rasanya aku telah tertidur cukup lama.

Perlahan pintu kamar terbuka. Udde berdiri dipintu dan membuatku sangat terkejut.

" Udde!!" aku segera menyapanya dengan sesekali kembali mengucek mataku yang baru saja terbangun dari tidur lelap yang sangat melenakan. Lebih untuk memastikan sesosok orang yang masuk kekamarku secara tiba-tiba. Tetapi ia tampak acuh-tak acuh denganku. Malahan seperti tidak mengenaliku. Udde adik laki-lakiku yang lama belum kembali. Ia telah pergi bersama ayahku sebelumnya dan selama ini sangat ditunggu-tunggu emak kembali.

Matanya menyiratkan seperti seseorang yang tidak tenang. Seolah ada seseorang yang selalu selalu membuntutinya. Seketika ia tampak tergopoh-gopoh berusaha mendekati. Seperti ingin memberitahukan sesuatu yang sangat penting kepadaku. Belum sampai ia mendekatiku, Fithar juga tampak tergesa-gesa masuk kekamarku.

Gerak gerik Udde langsung berubah drastis. Dari sebelumnya ia tampak ingin sekali membisikkan akan sesuatu hal yang sangat penting. Tiba-tiba, ia langsung melakukan pekerjaan pembersihan kamar yang sepertinya sudah menjadi pekerjaan rutinnya disana.

 Sementara itu, Fithar sengaja mengajakku untuk minum teh bersama di taman belakang istana yang pemandangannya menghadap laut lepas. Disana telah menunggu Raja Bestari tanpa siapa-siapa yang mendampinginya. Sepertinya akan ada pembicaraan lagi yang sangat penting atau melanjutkan pembicaraan yang belum tuntas sebelumnya.

Cuaca sore itu cerah dengan langit biru terang. Hembusan angin laut sesekali menyibakkan tepi taplak meja ketas, dimana kue-kue berbahan tepung dan coklat beraneka warna tersedia diatasnya. Teh hangat mulai dituang satu persatu oleh pelayan dengan perlahan.

"Apakah tidur siangnya nyenyak, Dewa?

"Sangat lelap Tuan, terimakasih atas tumpangan kamarnya"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline