" Surat khusus untuk Tuan,... dari Buitenzorg," nafas Arthur masih tersengal-sengal, saat ia memperlihatkan apa yang sedang digenggamnya. Rasa penasaran diwajahnya tidak dapat disembunyikan. Wajahnya tampak memerah karena baru saja terbakar oleh sinar matahari siang yang terasa menyengat.
Kutelisik wajah Arthur dengan curiga, pemuda yang telah membuat hari-hari terakhirku ini terganggu. Kemudian segera kupandangi sebuah benda yang telah berpindah dalam genggamanku. Tampak seperti sebuah surat dari kerajaan Inggris. Segera kubuka surat dinas tersebut dengan hati-hati lipatan kertas tebal berwarna agak kekuningan. Isi tulisannya rapi, indah bertinta hitam.
Kepada: Tuan Letnan Kolonel Stewart di Batavia
Ini saat waktu yang tepat melaksanakan misi ke Kerajaan Sambas Darussalam di Borneo. Kewibawaan kerajaan Inggris harus segera dipulihkan. Misi gagal tahun sebelumnya harus dibayar tuntas. Tugas mulia ini untuk memberikan pelajaran bagi kerajaan-kerajaan lain di Hindia Belanda yang masih membangkang. Persiapkan segala sesuatunya dengan sebaik dan sesempurna mungkin. Penterjemah khusus diperlukan untuk membuat kesepakatan penting jangka panjang. Kerajaan penghasil emas tersebut harus segera kita kuasai. Jangan kembali sebelum menang.
Buitenzorg, Rabu 10 Nopember 1813
Stamford Raffles
"Waktunya telah tiba Arthur" kataku bersemangat sambil melipat kembali surat tersebut yang ditulis oleh penguasa tertinggi Inggris Hindia Belanda yang beralamat di Buitenzorg itu. Arthur meminta izin untuk membaca kembali surat yang telah lama kami tunggu-tunggu itu. Pesan yang berisi perintah tugas resmi untuk menyelesaikan urusan kerajaan Inggris yang belum tuntas di kerajaan penghasil emas terbesar di Hindia Belanda. Sekaligus sebuah kerajaan yang mempunyai armada laut petarung paling gigih yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Tugas yang akan sangat menantang disepanjang hidupku.
"16 Nopember hari keberangkatan ke Borneo," aku langsung saja memutuskan waktu keberangkatan. Didepanku Arthur masih serius mempelototi dan membaca isi surat berulangkali.
"Perlu penterjemah Tuan?" Arthur bertanya penuh antusias.
"Tentu ...,negeri berbahasa Melayu" pasti diperlukan penyambung lidah seperti yang diminta juga oleh Tuan Raffles jawabku.