Lihat ke Halaman Asli

Jan Bestari

Merayakan setiap langkah perjalanan

Balada Orang-orang di Perjamuan Tengah Malam

Diperbarui: 25 Januari 2022   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi diolah pribadi dari canva app

Antar Ajung[1]. Pesta adat tahunan yang sangat ditunggu-tunggu. Setiap-rumah warga sibuk menghias kapal-kapal mini berbagai ukuran dan rupa untuk dilarung di pantai. 

Awal malam sebelum acara puncak, seorang laki-laki setengah baya yang kesehariannya di panggil Udin itu tiba-tiba melompat keluar melalui sebuah lubang jendela. Ia lari terbirit-birit kencang. Ia dibuntuti oleh  beberapa laki-laki dewasa dibelakangnya. 

Semuanya berlari menuju belakang rumah berdinding papan dimana sawah berlumpur terbentang luas ditengah temaram malam bermandikan cahaya rembulan. 

 Tidak berapa lama kemudian, laki-laki kesurupan tadi yang tingkahnya menyerupai monyet muncul kembali di beranda rumah. Orang-orang yang menonton seperti berdecak kagum dengan kecepatan berlarinya. Sedang bau kemenyan yang berasal dari dalam rumah mungil ditengah sawah itu terasa menusuk –nusuk hidung. Asapnya terlihat memenuhi ruangan. 

Sesaat kemudian, Udin dengan gerakan refleknya kembali melompat pembatas teras rumah yang tingginya selutut dewasa untuk memanjat pohon rambutan yang tinggi dan tumbuh subur.

Gerakan memanjat pohonnya seperti seekor hewan salamander dengan cengkeraman jari kaki dan tangan tertempel lem super kuat. Ia kemudian bergelantungan sampai keujung-ujung dahan pohon.

 Daun-daun lebat tampak berayun dari satu titik ke titik lainnya. Semua yang menonton tampak menahan nafas. Sementara beberapa laki-laki yang sejak tadi selalu membuntutinya terus berjaga-jaga dibawah rindangnya pohon rambutan itu. 

Terlihat Udin masih bersemangat melompat dan bergelantungan dari ujung dahan yang satu keujung dahan yang lain. Malam beranjak dingin. Untung ada cahaya rembulan yang telah membantu kami melihat atraksi yang selalu ditunggu-tunggu tersebut. 

Prak...prakk..prakkkk...,dahan pohon rambutan itu akhirnya tidak bisa bisa menahan beban pemuda berperawakan gendut dan sedikit pendek yang masih kesurupan malam itu. 

Pria itu jatuh seperti bunyi buah nangka besar matang yang jatuh ketanah. Aku tidak tahu apakah itu bagian dari atraksi atau memang murni sebuah kecelakaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline