( Warisan Budaya tak Benda Sambas_WBtBS)
Apakah Zapin Lembut itu gerakannya penuh dengan kelemah lembutan?...
Sebuah pertanyaan bagi setiap orang yang pertama kali mendengar kosa kata yang langsung menggelitik di telinga itu...
Bunyi petikan khas gambus diiringi dengan nyanyian dalam bahasa Arab tersebut, rasanya sangat dekat dengan kesenian Zapin dimanapun di nusantara.
Tetapi Zapin Lembut Sambas berbeda, ia merupakan akulturasi sempurna dari perpaduan budaya lokal Sambas tempo dulu yang aktifitas hidupnya tidak terpisahkan dengan kebaikan alam sekitar. Sedang petikan irama musik gambus dan alat musik pukul gong yang diiringi dengan dengan syair lagu Arab yang syahdu, sekaligus seperti membawa kita di nuansa budaya padang pasir yang Islami. Sebuah bentuk seni budaya yang sangat kontemplatif dan punya pesan-pesan yang mendalam.
Istilah alam terkembang menjadi guru telah menjadi inspirasi hidup tiada henti masyarakat sejak dulu. Seni tari yang semua gerakannya terinspirasi dari gerakan benda hidup ciptaan Nya. Sehingga saat budaya ini dinikmati, kita seakan tersihir karena setiap gerakannya yang terlihat magis.
Seperti disampaikan singkat oleh Rohim dan Rahman duo penari remaja Zapin Lembut Sambas yang sebelumnya telah tampil penuh penghayatan.
Dikatakannya tarian yang tidak boleh dilakukan oleh penari perempuan ini memang ditujukan untuk syiar agama Islam melalui pendekatan laku harian masyarakat lokal setempat. Sedang gerakan benda hidup ciptaan tuhan juga tidak lepas hingga menjadi dasar gerak tari seperti inspirasi dari bunga mayang yang sedang terurai dan nyiur melambai. Ditambah dengan aktifitas harian masyarakat dalam mendayung sampan dan mengayak padi. Kemudian tarian ditutup dengan gerakan salam perpisahan.
Semuanya seolah menjadi tanda bagaimana lembutnya syiar agama Islam pada awal disebarkan di bumi serambi Mekah Sambas yang sebelumnya sangat percaya kepada kekuatan supranatural.
Jan Bestari