Lihat ke Halaman Asli

Ardiba Sefrienda

Blogger, Researcher

"Lesscash", Gaya Hidup Praktis dan Fleksibel Masa Kini

Diperbarui: 26 Oktober 2017   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

photo from pixabay.com

Pernah merasakan keringat dingin karena harus setor uang sebesar lebih dari 200 juta ke bank? Kalau yang kerjaannya di bagian keuangan atau perbankan sih mungkin sudah melewati masa-masa tegang itu. Tapi buatku yang bahkan nggak pernah pegang 10 juta tunai, saat harus menyetor uang costumer sebesar 240 juta rupiah ke bank terdekat, rasanya keringat dingin. Kalau nanti aku dicegat di jalan gimana? Kalau duitnya tercecer di jalan bagaimana? Lebay sih, tapi begitulah perasaanku pertama kali harus menyetor uang dengan jumlah yang besar.

Sesampainya di bank, was-wasku ternyata belum juga berakhir. Walau di bank kondisinya relatif lebih aman karena ada satpam yang berjaga, tapi aku masih merasakan was-was. Kali ini was-wasnya karena takut kalau uang yang kuhitung selip. Selip selembar yang berwarna merah sama saja memotong gajiku sehari, hihi. Untungnya teller di petugas ramah dan sigap, jadi saat aku pertama kali menyetor uang itu, tellernya mengingingatkan hal-hal kecil yang perlu kuketahui sebelum menyetor uang. Ternyata sebaiknya uang yang sudah berjumlah 100 lembar harus diikat tanpa melipat selembar uang ke ujung atas, uangnya jangan disteples, dan posisi gambar uang nggak boleh terbolak-balik. Ribet juga ya setor uang manual? Terpujilah para teller yang bisa dengan sabar memperlakukan lembaran-lembaran uang kertas yang bentuknya kadang sudah nggak jelas.

Lain lagi pengalaman teman sejawat yang harus menggaji karyawan kantor. Untukku dan beberapa teman yang gajiannya sudah model transfer, nominal gaji yang ganjil karena potongan-potongan nggak jadi masalah. Yang penting transfer sejumlah seharusnya, nggak perlu ada pembulatan-pembulatan.

Hak karyawan terpenuhi sebagaimana seharusnya. Berbeda dengan karyawan yang tidak memiliki rekening tabungan dan harus gajian secara cash. Wah, temanku ini sampai kadang harus tukar uang dulu supaya bisa menggaji karyawan tersebut dengan nominal yang tepat. Tak jarang harus dilakukan pembulatan karena jumlahnya yang ganjil. Kalau pembulatannya kebawah, kasihan karyawannya, tetapi kalau pembulatannya keatas, perusahaan akan dirugikan, walau jumlahnya nggak seberapa.

Berdasarkan beberapa pengalaman di atas, aku sangat mendukung kalau di Indonesia makin digalakkan gerakan lesscash. Beberapa keuntungan dari lesscash ini antara lain:

1. Praktis

Yang paling dirasakan setelah lesscash adalah praktis. Setelah menggunakan uang elektronik, baik lewat kartu debit, kartu kredit, atau pun e-money, jadi nggak perlu lama menunggu kembalian atau cari duit kecil. Nggak perlu repot cari ATM terdekat.

2. Aman

Karena nggak perlu bawa bergepok-gepok uang, maka lesscash tentu lebih aman. Pastikan saja kartu debit, kartu kredit, atau pun e-money disimpan di tempat yang aman. Bila perlu, ganti PIN kartu secara berkala, dan isi e-money secukupnya saja.(fyi, saldo e-money yang diizinkan maksimal 1 juta rupiah saja)

3. Fleksibel

Dengan lesscash, transaksi dengan nominal bahkan 1 rupiah pun bisa. Nggak perlu repot menyiapkan uang pas atau menukar uang kecil. Terus nggak perlu baper karena kembalian kita dibulatkan ke bawah sama kasir di swalayan, hihi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline