Lihat ke Halaman Asli

Ardiba Sefrienda

Blogger, Researcher

Ibu Risma, Walikota Sekaligus Ibu bagi Kota Surabaya

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keibuan dan  tidak peduli pencitraan. Itulah kesan pertama saya saat melihat  Ibu Risma.  Dialah sosok  ibu idaman di mata saya. Memimpin kota sebesar Surabaya. Bagi seorang wanita itu adalah hal yang luar biasa. Ibu Risma sudah membuktikannya, setidaknya dalam 3,5 tahun ini.

Awal mula mengenal Ibu Risma dari acara berita nasional. Sekitar 2013 lalu. Pada waktu itu, tampak kamera Ibu Risma sedang menasehati buruh yang berdemo. Wah, ibu ini berani sekali ya? Dimana-mana  pejabat  biasanya takut dan menghindar bila di demo. Paling banter menyuruh anak buahnya buat menghadapi demonstran.  Ibu Risma malah dengan berani menghadapi demonstran sendirian. Tanpa perlindungan khusus. Bahkan dengan lantang menasehati  buruh yang berdemo. Persis seperti ibu sedang menasehati  anaknya. Herannya, para demonstran diam seribu bahasa dan langsung menurut untuk membubarkan diri setelah ‘diceramahi’ sang ibu walikota. Saya terbengong, aura ibu walikota ini kuat sekali ya? Hingga para demonstran yang sangar-sangar ini menciut dibuatnya.

Dari peristiwa itu, saya jadi penasaran. Seperti apa sih Ibu Risma ini? Keren banget. Berbekal Wikipedia akhirnya saya mendapat informasi yang cukup lengkap. Bernama lengkap Tri Rismaharini,  lahir di Kediri,  Jatim, 20 November  1961. Menyelesaikan S1 Arsitektur dan S2 Ekonomi Pembangunan di Institut Teknologi Surabaya. Awal Karirnya dimulai dari PNS di tahun 90 an. Sesuai dengan  ilmunya di bidang arsitektur, Ibu Risma dari awal karir birokratnya selalu berhubungan dengan tata kota. Mulai dari Kepala  Dinas Kebersihan dan Pertamanan  pada tahun 2005, kemudian menjadi  Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko) tahun 2008. Lalu, pada 28 September  2010 Ibu Risma terpilih menjadi Walikota Surabaya dengan Bambang Dwi Hartono sebagai wakilnya.

Sepak terjang Ibu Risma ini penuh gejolak. Keseriusannya dalam membangun Kota Surabaya sempat memicu ketidaksenangan dari anggota DPRD. Beliau hampir saja diberhentikan pada tahun 2011 dengan alasan telah merubah peraturan pajak reklame tanpa melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Untunglah Mendagri Bpk Gamawan Fauzi turun tangan, dan Ibu Risma dapat melanjutkan pemerintahannya.

Belakangan  ada isu pengunduran diri Ibu Risma dipicu dengan ketidakharmonisan sang walikota dengan wakil baru yang direkomendasikan partai PDI Perjuangan, Bpk Wisnu Sakti buana. Dari tahun 2011, memang terlihat kurang kompaknya Ibu Risma dengan anggota legeslatif PDI Perjuangan. Terbukti dari ikut mendukungnya anggota legeslatif PDI Perjuangan pada pemberhentian Risma di tahun 2011. Sekarang, ketidakharmonisan itu semakin jelas tampak. Ibu Risma sampai mengadu ke DPR, sepertinya politik itu memang kejam dan rumit yah?

Karena tindakannya itu, Ibu Puan Maharani bahkan mengultimatum Ibu Risma untuk tidak bercerita dengan orang di luar partai. Demi mendamaikan perseteruan anggota legeslatif PDI Perjuangan di Surabaya dengan Ibu Risma, Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bpk Jokowi bahkan sampai khusus menyambangi Ibu Risma. Akhirnya, isu pengunduran diri ini berakhir happy ending. Ibu Risma tidak jadi mundur dan tetap menyelesaikan tugasnya sebagai Walikota Surabaya yang tinggal setahun lebih lagi.

Sebagai orang awam dan bukan pengamat politik, permasalahan sebenarnya memang saya tidak tahu. Tapi yang jelas, kekaguman saya akan sosok pemimpin yang berdedikasi tinggi dan berani seperti Ibu Risma tidak pernah luntur. Beliau berani melawan ketidakadilan, bahkan saat berhadapan dengan koleganya sendiri-anggota legeslatif PDI-P.

Lalu, pada suatu hari, Ibu Risma diundang ke acara Hitam Putih. Dari situ kekagumanku pada Bu Risma semakin membuncah. Motivasi beliau membangkitkan semangat berprestasi anak sekolah di Surabaya keren sekali. Cara beliau mendekati kaum marjinal, seperti para PSK itu keren sekali. Berkat beliau, banyak anak-anak yang awalnya minder dengan kondisi orang tua mereka yang berprofesi sebagai  PSK mulai dibangkitkan. Menakjubkan sekali, jumlah anak berprestasi dari Surabaya meningkat pesat, bahkan sampai empat kali lipat!

Keseriusannya membangun Kota Surabaya sehingga menjadi lebih asri juga aku acungi jempol. Saat dia hampir digoyang turun karena keberaniannya menaikkan pajak reklame, dia bergememing. Tujuannya menaikkan pajak reklame sangat jelas. Ibu Risma ingin Surabaya lebih asri. Dengan menaikkan pajak reklame, para pengusaha akan berpikir ulang bila ingin pasang baliho. Tanpa baliho, tentu taman kota dan sudut jalanan akan lebih bersih kan?

Memang, ada PR besar yang belum sempat diselesaikan Ibu Risma, yaitu masalah Kebun Binatang Surabaya. Namun, Ibu Risma juga manusia biasa. Saya sangat maklum jika masalah ini belum terselesaikan. Prioritasnya dalam membuat Surabaya lebih bersih dan cerdas saja masih menemui ganjalan di mana-mana. Eksistensinya saja sering tergoyahkan, bahkan oleh anggota legeslatif dari partainya sendiri . Tapi untunglah beliau masih bertahan. Niat yang tulus dalam membangun Surabaya  menjadi kota yang bersih dengan anak-anak yang terdidik, semoga diijabah Allah SWT. Insya Allah Surabaya akan semakin maju dan berkembang.

Semoga suatu saat semakin banyak pemimpin yang tulus dan berani seperti itu. Biarlah banyak yang mengecammu. Tapi rakyat akan selalu mendukungmu. Maju terus Ibu Risma!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline