Lihat ke Halaman Asli

Percayakah dengan Janji Manis Para Caleg?

Diperbarui: 30 Maret 2019   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tribun Jabar

Tanggal 20 September 2018 telah diumumkan Daftar Calon Tetap (DCT) untuk pemilihan legislatif (pileg) bersamaan dengan penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden periode 2019-2024. Sejak saat itu para caleg mulai mempromosikan diri supaya dikenal masyarakat.

Euforia kampanye Caleg terlihat di ruang publik, diantaranya di setiap sudut jalan tak jarang terpampang foto calon legislatif (Caleg) beserta slogan positifnya agar lebih dikenal masyarakat, terutama dari masing-masing daerah pemilihan (Dapil).

Para caleg ini terdiri dari senator senior yang ingin melanjutkan "perjuangan" yang belum tuntas di Parlemen, juga para pendatang baru yang mencoba peruntungan. Tentu saja, hampir semua calon menjanjikan hal positif, dimana mereka akan memperjuangkan perubahan "baru" bagi daerahnya. Diantara nama yang terdaftar, beberapa tampak masih muda dengan semangat idealisme yang menggelora, namun ada juga caleg senior yang memiliki pengalaman lebih di dunia politik.

Janji manis yang tersemat dalam jargon positif memang menghangatkan atmosfer pemilu tahun ini, baik pada poster maupun saat bertatap muka. "Muda berkarya", "Sama-sama bangun bangsa", atau "kader siap jungkir balik demi rakyat" adalah beberapa contoh jargon yang menghiasi poster demi mendapat simpati masyarakat; hingga akhirnya ditutup dengan satu pesan yang sangat familiar, "Mohon doa dan dukungannya".

Tak berbeda dengan pemilu di periode sebelumnya, pemilihan caleg ditujukan untuk mengisi kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang merupakan lembaga legislator di level pemerintah pusat, juga caleg DPR Daerah, baik tingkat Propinsi maupun tingkat Kabupaten.

Pendaftaran caleg sendiri dilakukan melalui partai politik yang telah lolos verifikasi KPU. Siapa sajakah mereka? Pemilu kali ini akan diramaikan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya  (Golkar), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Garuda, Partai Berkarya, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Indonesia (Perindo) juga Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Tak ingin ketinggalan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) turut menggenapi 16 Partai Nasional yang berjuang. Ada pula 4 partai lokal di Aceh, seperti Partai Aceh, Partai Sira (Aceh), Partai Daerah Aceh juga Partai Nanggroe Aceh yang akan berebut suara masyarakat Indonesia pada April mendatang.

Semua kader partai, mulai dari Dewan Pertimbangan Partai (DPP) di tingkat pusat hingga kader akar rumput bergandengan tangan demi mendapat dukungan. Ada kader yang bergabung dengan partai tertentu karena kesamaan ideologi. Ada pula yang bergabung dengan partai demi memuluskan jalannya merebut kursi legislatif ataupun sebagai calon kepala daerah.

Dalam pemilihan legislatif (pileg), satu Kabupaten dibagi dalam beberapa daerah pemilihan (dapail), dimana masing-masing dapil ini oleh komisi pemilihan umum (KPU) sudah ditentukan jumlah kursi yang akan diperebutkan. Nah, di tengah perjuangan "melawan" caleg dari partai-partai lain dalam meraih simpati rakyat, para caleg dari satu partai juga dihadapkan pada persoalan yang sama. Mereka terpaksa "saling sikut" saat meraih simpati rakyat dalam satu daerah pemilihan (dapil) demi memuluskan langkah menuju gedung parlemen.

Aksi ini sering diwarnai dengan banyak cara, diantaranya menawarkan simpati maupun dukungan saat berada di keramaian, hajatan, acara duka dan sebagainya. Dengan mengunggulkan pesona masing-masing, mereka melakukan perjalanan dari kampung ke kampung untuk menyampaikan visi misinya serta janji demi mengikat simpati. Memasang wajah ramah, aktif say hello, bahkan memenuhi permintaan selfie dengan "penggemar" adalah hal wajar yang mereka lakukan sebagai pendekatan awal demi meraih suara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline