Lihat ke Halaman Asli

Natal: Tradisi, Komersialisasi, Ritual, dan Spiritualitas

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi umat Kristiani, merayakan Natal menjadi moment yang di tunggu. Natal bisa juga berarti liburan jelang akhir tahun, waktunya mudik, ke gereja di malam Natal dan disambung dengan makan malam bersama keluarga. Pohon Natal berkelip di sudut rumah, hadiah-hadiah untuk anak-anak yang tersusun rapi, yang konon adalah kado dari Sinterklas untuk anak-anak yang sepanjang tahun berkelakuan manis. Di televisi, film-film yang berhubungan dengan Sinterklas, Elf dan Rudolf maupun film keluarga dengan tema kasih sayang dengan setting salju, pohon terang dan ornamen Natal lainnya mulai ditayangkan.

Tentu sebagai moment yang istimewa, Natal tidak luput dari irisan dengan dunia bisnis. Natal menjadi salah satu waktu di mana ada orang yang merayakannya, dan tentu saja banyak kebutuhan yang harus dipenuhi untuk perayaan itu. Di bulan Desember, mall di sekitar kita mulai berbenah dengan ornamen Natal, memutar lagu Natal dan tidak lupa menawarkan diskon untuk pembelian pakaian baru, ornamen dan pohon Natal, dan ke-kue bernuansa Natal. Belum lagi banyaknya tawaran liburan Natal, parcel Natal, dan artist performance di hotel berbintang. Itu semua adalah sisi gemerlap yang sering kita saksikan disekitar kita.

Natal bukanlah sekedar perayaan dan tradisi. Bukankah Natal itu memiliki makna religius yang sangat mendalam, sebagai peristiwa hadirnya Yesus Kristus ke dunia ini? Oleh karenanya Natal haruslah dihayati dalam suatu ibadah dengan penuh ucapan syukur. Tak heran, ibadah malam Natal, atau ibadah Natal selalu menjadi moment yang sangat religius, di mana orang Kristiani berbondong-bondong ke gereja, dan mengikuti ibadah dengan khidmat, menyimak dan menghayati pesan Natal. Sekalipun ritualnya tidak selalu sama antara gereja yang satu dengan gereja lainnya, ibadah Natal selalu menjadi moment penting bagi  agama Kristiani pada umumnya.

Namun berbicara tentang Natal semestinya jangan sekedar menjadi  ritual agamawi tahunan yang harus di ikuti sebagai umat Kristiani. Natal bukanlah sekedar kemeriahan perayaannya maupun kedalaman penghayatannya, namun juga sebagai ekspresi iman. Natal adalah saat Kristus lahir di dalam hati, bertakhta di situ sebagai Raja dan mengubahnya menjadi baru. Inilah spiritualitas Natal itu : kasih karunia Tuhan yang direspon dengan penyerahan diri kepada Tuhan untuk mau dibentuk dan diperbaharui oleh-Nya. Barangkali inilah arti dari mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan segenap akal budi, dan supaya kita dapat mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.

Kepada seluruh sahabat, teman dan saudaraku yang merayakannya  :Selamat menyambut Natal. Semoga Natal tahun ini bukan sekedar ulangan dari tradisi, belanja, dan ritual yang sama dengan tahun sebelumnya, namun semoga Kristus benar-benar lahir di dalam hati kita, dan Dia mengubahnya menjadi baru. Semoga kita memiliki hati yang berbelas kasih seperti Dia telah mengasihi kita, serta yang memiliki sukacita dan damai sejahtera seperti Dia yang membawa damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline