Lihat ke Halaman Asli

"Cintailah Ploduk-Ploduk Indonesia..."

Diperbarui: 4 April 2017   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13458807492072656424

[caption id="attachment_208614" align="alignleft" width="300" caption="Source : http://en.wikipedia.org/wiki/File:100%25_Cinta_Indonesia_Logo.svg"][/caption] “Cintailah ploduk-ploduk Indonesia ... “ barangkali klaim iklan tersebut cukup populer di telinga kita. Tidak ada kesengajaan ataupun kesalahan ucap, tapi memang demikian style bintang iklan, sekaligus pemilik dari PT Maspion, Bapak Alim Markus, yang walaupun sudah sepuh, namun tampak sangat energik. Mengapa saya tiba-tiba menuliskan ini ? Karena buat saya iklan produk Uchida dari Maspion ini termasuk fenomenal, mungkin diluar pakem brand building ala advertising agency.

Iklan produk Uchida yang sering muncul di televisi didesign dengan storyboard sederhana. Iklan hanya menampilkan jenis produk yang diiklankan, menjelaskan fungsinya, dengan endorser penyanyi dan pencipta lagu Titiek Puspa didampingi Alim Markus sendiri, ditutup dengan tagline yang menurut saya sangat menohok, “Cintailah ploduk-ploduk Indonesia ... “ bukan karena kalimatnya, tapi karena cara mengucapkannya, sehingga kalau anda googling “cintailah ploduk” maka akan muncul tak kurang dari 10.200 hasil pencarian. Yang menarik lagi, belakangan muncul versi baru, di mana Alim Markus tidak berdampingan dengan Titiek Puspa, namun dengan ketua DPR Marzuki Alie, yang membuka iklan dengan himbauan untuk mencintai produk Indonesia, disambung dengan produk-produk Uchida, dan tentu ditutup dengan Alim Markus dengan tagline nya : “Cintailah ploduk-ploduk Indonesia”

Dari sisi branding, barangkali pendekatan yang dilakukan Uchida ini tampak kuno, tapi sesungguhnya sangat “out of the box”. Justru salah satu kekuatan iklan ini bukanlah pada produk, namun personal branding Alim Markus sendiri, selaku pemilik group Maspion. Barangkali analoginya seperti di pasar tradisional yang masih mengutamakan unsur kepercayaan, personal guarantee dari penjual yang sekaligus pemilik toko sangat dipertimbangkan oleh pembeli. Dalam konteks tersebut, menurut hemat saya hadirnya Titiek Puspa yang mungkin dalam skenarionya akan dijadikan figur yang kuat untuk menjadi brand ambassador Uchida, dalam eksekusinya tampak bukan menjadi endorser utama, kalah dengan awareness terhadap profil Alim Markus sendiri. Strategi komunikasi Uchida ini sungguh jauh berbeda dari pesaing-pesaingnya seperti Panasonic dan Sharp untuk produk-produk households, yang mungkin lebih menerapkan kaidah-kaidah branding, namun justru menjadi generik : membangun kekuatan brand dengan menjual inovasi teknologi sebagai yang unik, terdepan, tercanggih. Strategi Uchida cukup jitu dalam posisisnya sebagai produk me-too yang lebih fungsional sekaligus juga ekonomis.

Satu lagi terobosan Uchida adalah pesan moral dari iklannya yang tegas mengusung tema untuk selalu mencintai dan menggunakan produk-produk Indonesia. Tentu mengedepankan kecintaan pada produk Indonesia bagi kelompok masyarakat tertentu bukannya tanpa resiko. Kalau berbicara produk-produk yang bersentuhan dengan teknologi, banyak orang yang mempersepsikan Indonesia bukanlah pelopor teknologi atau inovator. Akibatnya mereka lebih Jepang, Korea, Amerika atau Eropa minded, padahal kita tahu bahwa anak bangsa ini bahkan sudah bisa membangun pesawat terbang. Mengusung tema mencintai produk Indonesia oleh Uchida, lebih mengedepankan empati keindonesiaan kita, mengusik rasa nasionalisme kita bahwa bangsa kita sudah mampu memproduksi produk-produk yang tidak kalah dengan produk luar negeri.

Kampanye untuk mencintai dan menggunakan produk-produk Indonesia menjadi sangat relevan bagi kita. Bukan hanya dalam konteks iklan produk Uchida saja, tapi dalam berbagai bidang industri yang sedang berkembang di Indonesia. Memang belum semua produk bisa dibuat di Indonesia, namun kita perlu fair dan obyektif bahwa sekarang ini banyak produk Indonesia yang berkualitas tinggi, tidak kalah dengan produk asing. Oleh karena itu, ikut mendorong kampanye mencintai produk Indonesia dan memilih menggunakan produk Indonesia, sejatinya kita ikut mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Memang strategi mengedepankan “made in Indonesia” sering kali masih belum digunakan sebagai key message oleh para pebisnis kita, sehingga kita sendiri tidak selalu dapat mengenali produk asli Indonesia. Ambil contoh : J-Co donuts, yang barangkali tidak semua orang tahu bahwa waralaba tersebut asli Indonesia, milik Johnny Andrean. Atau Polytron yang sekilas seperti produk Jepang, ternyata diproduksi di Kudus, bagian dari group Djarum.

Kembali ke Uchida. Pada tanggal 18 Agustus kemarin muncul berita, Alim Markus menerima Satyalencana Pembangunan melalui keputusan Presiden no 59/TK/2012, karena dianggap berjasa membangun perekonomian nasional melalui produk berkualitas terbaik yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, juga berhasil menggerakkan masyarakat untuk menggunakan produk Nasional dengan slogan “Cintailah Produk Indonesia”. Silahkan cek beritanya di sini

Selamat untuk Pak Alim Markus, semoga tetap semangat mengkampanyekan “cinta produk Indonesia”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline