Lihat ke Halaman Asli

Candu Digital dan Dilema Sosialnya

Diperbarui: 8 Januari 2021   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Picture by @GabrielsNotes. Quote by @Nava

Adalah hal yang lumrah bagi kaum muda untuk memiliki akun media sosial. Bahkan, sudah tak aneh rasanya melihat tante-tante dan om-om yang sudah separuh baya pun terlihat menggulir linimasa Facebook, nge-twit, atau bahkan memposting Instagram Story.

Bagi sebagian orang, sosial media sudah menjadi bagian tak terlepaskan dari kehidupan. Dari membangun bisnis, hubungan sosial, bahkan sekadar sharing kehidupan kesehariannya. Sebegitu pentingnya - atau mungkin, candunya - , sampai tak ada hari tanpa membuka platform mereka.

Bagi saya, itu adalah Facebook.

Sudah kurang lebih 10 tahun saya menggunakan platform tersebut. Aktifitasnya beragam. Di masa awal hanya saya gunakan untuk berhubungan dengan teman-teman saya secara virtual. Seiring pencarian jati diri saya berjalan (uhuk!), saya menemukan hobi yang menjadikannya pekerjaan. Facebook kemudian juga menjadi tempat saya sharing pengalaman saya dan belajar pengalaman orang lain, terutama soal hobi dan pekerjaan tersebut. 

Then, it supposed to be great right?

Sure it is. It's amazing as it sounds and I'm not gonna put a 'but' on it.

Sosial media seharusnya adalah alat. Seperti palu dan pisau, hanya saja, digital. Dan sebagaimana alat-alat lain yang diciptakan manusia sejak zaman batu, manfaatnya akan maksimal jika penggunanya benar-benar tahu bagaimana menggunakannya dengan baik. 

Sangat klise. Tapi klise menjadi klise bukan tanpa alasan.

Manusia kemudian bisa salah menggunakan alat tersebut. Sosial media dapat menjadi alat untuk melakukan kejahatan, bullying, penipuan, ancaman (baik fisik maupun emosional), penyebaran berita bohong, dan banyak tindakan negatif lain. Untungnya, saya dengan Facebook tidak memiliki hubungan semacam itu.

Di tulisan ini, saya membahas masalah umum yang terjadi pada Facebook. Walaupun hal-hal ini umum terjadi pada media sosial lain, tapi saya berfokus di Facebook karena itulah yang paling dekat dengan pengalaman saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline