Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Imam Ngasim

Griya Edelweiss - Owner Rumah Tani

Pelita Hidup

Diperbarui: 2 September 2023   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by LATUPEIRISSA from Pixabay 

Di hamparan waktu yang tak terbilang,
Seorang ibu tulus, cinta yang tak terbanding,
Bagai sinar matahari dalam pagi cerah,
Menyinari dunia, kasihnya tak pernah pudar.

Dia bagai bintang di malam yang gelap,
Menuntun kita saat hati penuh dengan beban,
Tangan lembutnya, sumber kekuatan yang tak terkalahkan,
Begitu dalam kasihnya, tak ada yang mampu menggantikan.

Ibu, engkau adalah pelukis dalam hidupku,
Menggambar warna-warna indah di setiap hariku,
Dalam gemerlap cinta, engkau adalah pelita,
Menerangi langkahku di setiap perjalanan yang terjal.

Baca Juga : Monolog Hati Episode 4 - Menua Bersama

Ibu adalah taman di hati yang selalu berbunga,
Dengan senyum hangatnya, hati kita mekar bahagia,
Dia bagai pelita dalam kegelapan malam,
Menuntun kita menuju jalan yang benar selamanya.

Saat ibu tersenyum, itu adalah sinar mentari,
Mengusir dinginnya ketakutan, membanjiri hati yang sepi,
Ibu adalah perumpamaan tentang kasih sejati,
Yang tak pernah pudar, selamanya abadi.

Hormat dan cintaku untukmu, ibu tercinta,
Engkau adalah harta yang tak ternilai harganya,
Dalam setiap bait puisi ini, aku mencoba ungkapkan,
Betapa besar rasa syukurku memiliki dirimu selamanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline