"Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan layak mendapatkan dukungan yang sama."---Kate Middleton
Di era revolusi industri 4.0 dimana kehidupan masyarakat terutama remaja beralih ke digital, komunikasi yang terjadi sudah tidak bisa dikendalikan, terlebih dengan adanya media sosial saat ini membuat remaja dapat memberi berbagai macam komentar baik, buruk,marah, menjelek-jelekkan, fitnah, dan lain-lain yang membuat remaja yang secara kesehatan mental belum kuat dan rawan untuk mengalami gangguan. Pada era ini setiap orang bebas untuk berbicara, sehingga seringkali mengakibatkan terjadinya cyber bullying. Ditambah lagi jika remaja tersebut mengalami masalah di keluarga dan di lingkungannya sehingga tak jarang banyak remaja yang memilih untuk bunuh diri. Masalah kesehatan mental remaja menjadi perhatian saat ini. Menurut (UNICEF,2024) pada tahun 2019, diperkirakan satu dari tujuh remaja mengalami gangguan mental dimana jumlah ini setara dengan sekitar 166 juta remaja (89 juta laki-laki dan 77 juta perempuan) laki-laki dan perempuan di seluruh dunia. Begitupun menurut WHO jumlah penderita gangguan mental di dunia mencapai 450 juta jiwa, dimana 1 dari 8 orang orang di dunia menderita gangguan mental. Di Indonesia sendiri menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey(I-NAMHS), 1 dari 3 remaja Indonesia menderita gangguan mental (Atsani et al., 2023).
Di Indonesia era 4.0 sangat berpengaruh pada kesehatan mental remaja saat ini yang dibuktikan dengan semakin banyak remaja yang ingin mencoba bunuh diri supaya bisa terlepas dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Data Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang dan pada usia remaja 15-24 tahun memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Anak remaja yang mengalami depresi berat memiliki kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri (self harm) hingga bunuh diri. Sehingga hampir 80-90% kasus bunuh diri yang terjadi merupakan akibat dari depresi dan kecemasan. Dari data yang ada dapat dilihat bahwa sebagian besar gangguan mental yang mendominasi anak remaja pada umumnya disebabkan karena depresi dan juga kecemasan (anxiety) (Kumowal et al.,2022).\
Hingga saat ini, penanganan kesehatan mental di era revolusi industri 4.0 belum ada upaya spesifik yang menyasar kelompok remaja. Gangguan kesehatan mental pada remaja saat ini bisa dikatakan sebagai fenomena gunung es, dikarenakan hanya sedikit sekali remaja-remaja yang melaporkan bahkan mendeteksi secara dini ke fasilitas pelayanan kesehatan karena mereka menganggap hal tersebut masih menjadi tabu. Upaya untuk mendeteksi gangguan kesehatan mental sangat penting supaya penanganan gangguan kesehatan mental remaja terlebih di era revolusi industri 4.0 dapat segera terimplementasikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu aplikasi skrining kesehatan mental yang terintegrasi dengan web dan android. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan aplikasi tersebut pada remaja.
Aplikasi skrining kesehatan mental remaja yang sedang dikembangkan adalah aplikasi yang terdapat di RSUD Dr. Drajat Prawiranegara, dimana aplikasi ini dirancang dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), bahasa pemrograman PHP, database MySQL yang bertujuan untuk membantu remaja mengetahui kesehatan jiwanya secara mandiri dan memberikan informasi serta edukasi tentang gangguan kesehatan jiwa. Alasan memilih aplikasi skrining kesehatan mental remaja berbasiskan web dan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) karena merupakan teknik yang cocok untuk mengambil keputusan terbaik dari beberapa alternatif yang dapat diambil dengan menggunakan kuesioner dan jika sudah selesai mengisi akan langsung keluar hasil apakah mengalami gangguan kesehatan mental atau tidak pada remaja tersebut.
Penerapan aplikasi skrining kesehatan mental tersebut mempunyai kelebihan yaitu dapat memberikan data secara rutin kepada pemerintah sehingga dapat memantau perkembangan kesehatan mental remaja. Kesehatan mental remaja sangat penting untuk dijaga, Kehadiran aplikasi skrining kesehatan mental berbasis web dapat memberikan solusi untuk upaya mendeteksi gangguan kesehatan mental bagi remaja. Supaya penanganan yang diberikan bisa lebih komprehensif. Apabila hal ini dapat terus diimplementasikan dengan baik pasti kualitas kesehatan mental remaja menjadi lebih baik di era 4.0 ini.
Referensi :
Endriyani, S., Martini, S., & Pastari, M. (2024). Edukasi dan Skrining Kesehatan Jiwa Remaja dengan Aplikasi. Madaniya, 5(1), 192-198. https://www.madaniya.biz.id/journals/contents/article/view/687
Atsani, R., & Anjari, G. T. (2023). Telemedicine Sebagai Platform Konsultasi Kesehatan Mental di Era Industri 4.0. Assertive: Islamic Counseling Journal, 2(1), 13-22. https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/assertive/article/view/8041
Kumowal, R. L. K., Kalintabu, H. K., & Awuy, P. O. A. (2022). Orang Tua dan gereja dalam menjaga kesehatan mental anak remaja. Journal of Psychology Humanlight, 3(2), 88-101. https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/humanlight/article/view/1203
Sutanto, S., Amiruddin, D., & Nugraha, G. (2022). Rancang Bangun Aplikasi Skrining Kesehatan Mental Remaja Berbasis Web Di Rsud Dr. Dradjat Prawiranegara Dengan Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (Ahp). Journal of Innovation And Future Technology (IFTECH), 4(1), 29-38. https://ejournal.lppm-unbaja.ac.id/index.php/iftech/article/view/1813