Dalam keriuhan berita tentang dugaan pilot mabuk Citilink QG-800, setidaknya ada dua jenis konten yang memuat ‘suara asli’ kapten pilot lewat interkom kabin yang ramai di media sosial. Satu adalah versi pendek yang pakai gambar video ada anak kecil, satu lagi versi audio berdurasi 1 menit dan 20 detik versi panjang, yang belakangan lebih viral dan dipercaya sebagai suara asli pilot Tekad Purna.
Versi audio kedua itu membuat saya sedih dan gusar. Itu adalah rekaman suara saya ketika menirukan suara Pilot Tekad yang menyapa penumpang.
Demikian kronologinya : Pada sekitar pukul 8.30, 28 Desember 2016, setelah turun dari pesawat QG-800 di Bandara Soekarno-Hatta dari Surabaya, saya berkabar kepada rekan-rekan di grup WhatsApp (sebut saja WA-A) bahwa penerbangan QG-800 yang saya tumpangi nyaris diterbangkan oleh pilot yang oleh sebagian besar penumpang diduga mabuk, dan akhirnya pilot diganti atas permintaan penumpang. Salah satu teman di group Whatsapp bertanya bagaimana bisa penumpang mengira pilot mabuk. Saya bilang itu dari cara bicaranya ketika menyapa penumpang lewat pengeras suara. Teman itu ingin tahu dan minta saya menirukan gaya bicara pilot.
Lalu saya duduk di kursi merokok di depan Terminal Kedatangan C Bandara Soetta dan sebisanya mengingat dan menirukan isi suara dan cara bicara pilot sembari merekam dengan fitur pesan suara WhatsApp. Saya tidak ingat nama belakang pilot dan saya katakan nama pilot adalah Tekad ‘something’. ‘Something’ di sini adalah tanda bahwa saya tidak tahu, seperti ‘bla-bla-bla’. Saya juga salah dengar nama co-pilot (first officer) Bayu Segara yang saya ucapkan sebagai ‘Budi Sejarah’. Saya juga menirukan suara onomatope bunyi gemeresek dan putus-putus di loudspeaker sebagai ‘brbrbrbrbrb’. Selebihnya adalah seperti yang mungkin Anda sudah dengar di audio yang sudah beredar luas.
Kata-kata dan suara pilot yang sayat tirukan itu tidak persis sama karena saya rekam hanya dengan mengandalkan ingatan, tapi sebagian kata-kata sama.
Rekaman hasil tiruan suara pilot itu jadi viral di sejumlah media dan dianggap sebagai benar-benar suara asli pilot yang memperkenalkan diri dengan nama Tekad Something. Saya baru tahu setelah dapat share di grup WA-A tentang sebuah link yang mengunggah rekaman itu dan menyebutnya sebagai suara asli pilot. Saya kemudian menghubungi pengelola situs tersebut (dapat nomor telepon dari teman-teman WA-A) dan mengajukan protes (30 Desember 2016). Pengelola situs minta maaf dan berjanji akan melakukan klarifikasi. Tapi sepertinya rekaman audio itu sudah terlanjur viral.
Beberapa saat kemudian saya dihubungi stasiun televisi CNN untuk minta klarifikasi, entah bagaimana pula mereka tahu nomor HP saya. Rupanya stasiun televisi ini sebelumnya sudah pula menayangkan rekaman audio tersebut sebagai suara asli. Jadilah saya diwawancara untuk klarifikasi bahwa itu bukan suara pilot asli per telepon dan ditayangkan secara live. Sebelum wawancara, petugas di telepon menyampaikan permohonan maaf. Selanjutnya, sampai malam telepon saya berdering terus, dari sejumlah media, yang minta klarifikasi dan minta maaf setelah saya protes.
Saya sedih luar biasa. Tak menduga rekaman yang saya share secara terbatas di grup WA-A tersebut pada pukul 8.30 tanggal 28 Desember 2016 beredar luas. Bagaimana mungkin keluar dari grup WA yang anggotanya adalah sahabat yang saya percaya? Bagaimana pula media itu mengklaim itu suara asli pilot tanpa check dan re-check?
Hari ini saya duduk termenung, dan berpikir, apakah pernah saya share ke grup lain? Ternyata, tanpa saya sadari saya pernah share ke grup WhatsApp lain (sebut saja WA-B) pada 28 Desember 2016 pukul 14.08. Ini baru saya sadari manakala saya tanyakan pada salah satu anggota WA-B apakah saya pernah share di WA-B. Di layar HP tidak saya temukan jejaknya, karena, saya clear chat setiap hari untuk mengurangi beban memory. Itulah sebabnya, dalam klarifikasi dengan sejumlah media pada tanggal 30 Desemeber 2016 dan pagi tadi (31 Desember 2016) saya mengatakan saya hanya share ke satu grup (WA-A).
Ketika share di WA-B, saya menambahi share audio itu dengan kata-kata ‘iki aku menirukan suara pilot’. Jadi, pada share di WA-A dan WA-B, saya menambahkan informasi bahwa itu suara saya menirukan suara pilot; bukan suara pilot asli.
Lalu bagaimana rekaman audio suara saya itu bisa keluar dari WA-A dan WA-B, dan kemudian sampai di media dan diklaim oleh media sebagai suara pilot asli? Ke mana hilangnya upaya media itu untuk check and re-check akurasi sumber konten?