Lihat ke Halaman Asli

Eddy Roesdiono

TERVERIFIKASI

Standing Ovation untuk Gerakan MPK

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semua pasti setuju bahwa permainan monopoli merupakan permainan papan paling kondang di dunia. Tapi siapa nyana ide penciptaan monopoli berangkat dari secuil kreasi sederhana. Adalah Charles Darrow yang menciptakan permainan monopoli tahun 1933 di Pennsylvania, USA. Darrow menganggur selama masa depresi nasional Amerika, dan ia bokek. Bosan memikirkan kondisi ekonomi negeri yang berantakan, ia kemudian mulai bikin coret-coretan, dan jadilah konsep dasar permainan monopili. Ia gambar dan tulis mainan itu dengan tangan dan kemudian menjajakannya dari rumah ke rumah. Permainan itu tidak laku. Ia coba lagi dan coba lagi sembari mendemonstrasikan pada calon peminat betapa asyiknya main monopoli, dan akhirnya ia sukses. Banyak orang mulai suka permainan ini. Pada tahun 1935, hak cipta monopoli Darrow dibeli sebuah perusahaan besar. Perusahaan inilah yang memroduksi masal permainan monopoli dan menancapkan popularitas permainan ini ke segala pelosok bumi.

Proses kemapanan eksistensi permainan monopoli adalah siratan bahwa letupan-letupan kreasi kecil bisa menjadi bom nuklir gagasan yang disambut dunia karena tersedia ciri-ciri asyik dalam permainan ini.

Yuk ganti topik.

MPK (Malam Prosa Kolaborasi) memang sudah usai. Tapi saya tetap suka dan nyaman membicarakannya. Kali ini saya ingin menganalogikan MPK (Malam Prosa Kolaborasi) sebagai asal mula titian sukses permainan monopoli.

Perjalanan kreasi MPK tentu saja bukan tanpa upaya : ada ide awal (Granito Ibrahim and Langit, please stand up!), ada Kompasiana (selamat sore, Admin!), ada prose enthusiasts (para Kompasianers yang memiliki kreasi yang siap tumpah-ruah ke kanvas ‘kirim tulisan’), dan yang terpenting, ada proses kolaborasi.

Kata kolaborasi saya tebali karena inilah jiwa-raga yang melahirkan karya-karya apik dan kreatif, yang mungkin jauh lebih bermutu dan enak-layak baca dibanding karya-karya mereka yang ternama di kolom prosa media cetak. Pasangan kolaborasi-pun meninggalkan jejak dinamika berkelas: ibu berkolaborasi dengan anak, si E yang tinggal di Surabaya saling eksplorasi minat-bakat dengan si D yang tinggal di Chiang Mai, Thailand. Ada pasangan penulis pemula yang bergandeng dengan penulis terbiasa, ada pula match yang beda profesi, adapasangan yang beda usia, dan ada pula pasangan penggemar fiksi dan mantan penolak fiksi. Semuanya menentukan dan menetapkan cara dan metode kolaborasi masing-masing, bekerja secara on-line, mencukil waktu dari dunia nyata, dan mengalirkan energi liarnya mengikuti ritme brainstorming untuk mengejar orgasme berkreasi.

Selebihnya, penggagas MPK juga telah memperkokoh aktualisasi karya secara lebih luas : mencetak kumpulan karya MPK. Mungkin semula targetnya hanya untuk koleksi pribadi peserta, tapi amat besar potensi untuk menyelipkan cetakan kumpulan ini di rak-rak buku perpustakaan sekolah atau memajangnya di meja-meja display komunitas-komunitas prosa-fiksi-sastra.

Dan saya yakin kualitas karya MPK lebih menawarkan keragaman : orisinalitas, genre, teknik dan semacamnya. Tak berlebihan kiranya kalau saya berharap kumpulan karya ini bisa lebih diangkat ke tataran publikasi yang lebih luas. Ini bisa ditempuh dengan cara meminta sejumlah penerbit untuk mengeksplorasi muatan kumpulan karya MPK. Tak usah ragu; mohon berkenan menyimak informasi ini : JK Rowling perlu keluar masuk ke lebih dari sepuluh penerbit sebelum karya Harry Potter-nya diendus penerbit yang faham potensi pasar pembaca. Sepuluh penerbit sebelumnya cuma pasang sebelah mata ketika membaca naskah pertama Rowling.

Dan saya yakin penerbit yang bisa melihat potensi karya MPK does exist somewhere out there. Kita tinggal tunggu waktu untuk melihat karya-karya MPK menjadi warna dalam khasanah prosa nusantara.

Saya mendukung, merangsang, dan mengompori terlaksananya publikasi karya MPK oleh penerbit manapun.

Akhir kata, saya ingin mengajak teman-teman untuk standing ovation untuk karya-karya MPK.

catatan sok pintar :

standing ovation = penghormatan oleh penonton opera, konser atau pidato dengan cara berdiri dan bertepuk tangan. Derajad apresiasi kepada penampil acara atau pembicara ditunjukkan oleh lamanya standing ovation.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline