Lihat ke Halaman Asli

Eddy Roesdiono

TERVERIFIKASI

Manfaat Pelatihan Creative Teaching dan Joyful Learning untuk Para Guru

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

SUASANA 1:

Guru Bahasa Inggris tak berkutik. Ia memandang putus asa pada siswa di kelasnya yang sama sekali tidak memperhatikannya. Sejumlah siswa bermain kartu, sejumlah siswa lain mengobrolatau bergurau, ada juga yang menempelkan kepala di bangku, dan yang lainnya membuat coret-coretan gambar pengalih bosan. (Seperti yang diceritakan V, siswi salah satu SMA RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di Surabaya.

SUASANA 2:

Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan di sebuah SMP masuk kelas. Ia berkata, “Anak-anak, hari ini Pak Eddy tidak masuk karena sakit. Pak Eddy akan digantikan Pak Johan untuk pelajaran matematika”. ”Hore! Pak Johan, asyiiik!” anak-anak bersorak hirang.

SUASANA 3:

Terdengar obrolan sejumlah siswa di kantin. ”Sepagian sebel banget, pelajaran Bahasa Indonesia. Pak B ngajarnya gak enak, selalu gak enak, ngantuk aku,” kata salah satu siswa.

Siswa lain menimpali, ”Iya, aku tadi twitter-an selama pelajaran Bahasa Indonesia”

SUASANA 4:

Di sebuah SMA, istirahat kedua, di siang terik. Seorang siswa berkata, ”rasanya males masuk, ya, pelajaran biologi. Gurunya gak kreatif, ngajar cuma duduk, lalu ngomong gak jelas, nadanya datar”. Anak lain menjawab, ”Habis ini kelasku pelajaran geografi. Nggak sabar aku pingin segera masuk. Pak Andi selalu hadir di kelas dengan cara baru dan kegiatan kelas baru. Minggu lalu kami main quiz geografi. Kapan hari itu malah kita belajar browsing Google Map. Keren abis!”

Maaf, suasana-suasana di atas memang fakta. Proses belajar mengajar di dalam kelas tidak selalu indah dan menyenangkan dari satu kelas ke kelas lain, dari satu guru ke guru lain, dari satu tindakan kelas ke tindakan kelas lain. Yang membedakan kualitas belajar mengajar, kalau kita simpulkan secara sederhana adalah : metode/cara mengajar dan materi belajar/mengajar.

Saya tidak memahami berbagai teori yang tersedia untuk dua hal tersebut, namun yang saya selama ini simak adalah bahwa proses belajar-mengajar senantiasa menuntut para guru untuk lebih aktif, proaktif dan produktif dalam menyampaikan pelajaran, menyiapkan bahan ajar dan mengelola suasana pembelajaran di dalam kelas. Selain dituntut untuk meningkatkan pengetahuan mengajar (instruction skill, teaching skill) , guru juga kini diharapkan untuk lebih mampu tampil lebih kreatif ketika mengajar agar tercipta suasana belajar yang lebih menyenangkan dan melebarkan peluang siswa menangkap ilmu yang diajarkan.

Maaf, bila saya lancang berpendapat bahwa pada Suasana 1 dan 3, guru biasanya adalah pengajar yang sudah berumur, yang boleh jadi memandang upaya tambah ilmu mengajar sebagai hal yang sudah terlalu terlambat baginya yang sebentar lagi masuk masa pensiun. Mereka umumnya skeptis, tertutup terhadap gagasan-gagasan baru, dan melihat pekerjaan mengajar sehari-hari sudah terlalu membebani. Namun demikian, ada saja guru berumur yang berpendapat sebaliknya. Guru muda usia yang masuk kategori Suasana 1 dan 3 juga banyak, yang enggan menimba ilmu lebih banyak, dan lebih suka meluangkan waktunya untuk kegiatan di luar mengajar.

[caption id="attachment_111126" align="aligncenter" width="456" caption="Sejumlah guru aktif mengikuti pelatihan joyful learning (Foto : Motrafed Surabaya)"][/caption]

Guru yang tergolong pencipta Suasana 2 dan 4 juga banyak, baik buru berumur atau muda usia. Biasanya guru yang demikian ini adalah pengajar yang tidak berhenti menimba ilmu, selalu haus inovasi mengajar, selalu ingin memberikan yang terbaik untuk siswa, dan terbuka terhadap ide-ide baru.

Konsep creative teaching bisa ditawarkan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan kinerja pengajar. Masalahnya, tidak semua guru memiliki bekal ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni untuk menggiatkan proses pembelajaran riang dan meningkatkan konsentrasi belajar siswa. Bagi sebagian besar guru, proses ini merupakan ide baru, inovasi baru dan pendekatan baru yang harus diperkenalkan, dilatihkan, dan dibiasakan.

Untuk itu, guru perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan creative teaching agar ia lebih bisa memaksimalkan kemampuan mengajar. Pelatihan creative teaching akan membekali guru dengan pengetahuan baru di bidang penyampaian materi ajar untuk mengubah cara-cara lama pembelajaran yang kaku, dingin, membosankan, rutin, dan tidak kreatif menjadi cara pembelajaran yang segar, hangat, menyenangkan, menantang, kreatif, dan mandiri dalam memproduksi alat-alat bantu ajar (teaching aids)

[caption id="attachment_111128" align="aligncenter" width="477" caption="Selama training, para guru langsung berpraktek menjalankan tindakan kelas joyful learning (foto : motrafed)"][/caption]

Selain creative teaching, para guru juga perlu mendapatkan pelatihan joyful learning. Joyful learning adalah proses pembelajaran yang diaplikasi kepada siswa dengan menggunakan pendekatan riang melalui game, quiz, dan aktivitas-aktivitas fisik lain. Sejumlah pakar pendidikan menyebutkan bahwa pembelajaran yang dijalankan dalam suasana riang (joyful learning) memberikan dampak positif pada proses sosialisasi dan internalisasi dalam kancah transfer ilmu. Joyful learning ditujukan untuk mengurangi kebosanan yang dialami siswa dalam proses belajar mengajar. Ini karena proses joyful learning menggunakan pendekatan-pendekatan permainan, rekreasi, dan menarik minat yang menimbulkan perasaan senang, segar, aktif, dan kreatif yang tak pelak lagi sangat dibutuhkan untuk mereduksi kebosanan dan ketegangan belajar yang hari demi hari dialami siswa.

Proses pembelajaran dengan creative teaching dan joyful learning akan tercipta bila guru menguasai cara-cara baru di luar cara konvensional. Ini juga dengan pembekalan tambahan berupa ketrampilan guru untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan belajar siswa, dan ketrampilan-ketrampilan meningkatkan konsentrasi belajar siswa, yang saat ini menjadi masalah krusial yang perlu mendapatkan perhatian guru dan para pendidik lainnya. Konsentrasi belajar kini diperlukan karena proses belajar di dalam kelas cenderung tidak menyediakan atmosfir fun dan relaks sebagaimana ditawarkan aktivitas-aktivitas sosial siswa di luar kelas. Kegiatan siswa di luar sekolah juga berpeluang memberi siswa sikap kritis yang membuat siswa secara psikologis tidak lagi secara total memfokuskan penimbaan ilmu pada guru.

[caption id="attachment_111127" align="aligncenter" width="584" caption="Bagus Sanyoto memperagakan permainan sederhana untuk para guru (foto : Motrafed Surabaya)"][/caption]

Berkaitan dengan paragraph tersebut di atas, ketika memenuhi undangan untuk memberikan pelatihan creative teaching dan joyful learning, saya sering berpasangan dengan sahabat saya Bagus Sanyoto, Psi, seorang psikolog pendidikan yang sangat saya hormati dan kagumi. Pak Bagus secara khusus mengabdikan diri di bidang peningkatan kemampuan guru dalam hal membina konsentrasi siswa (konsentherapi), pembinaan kultur harmoni di sekolah, peningkatan daya tarik guru dalam mengajar, kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar, peningkatan kemampuan berpikir cerdas dalam situasi pembelajaran dan sejenisnya. Saya telah bekerja sama dengan Bagus Sanyoto sejak 2003 dalam memberikan berbagai pelatihan untuk guru. Bedanya, Pak Bagus Sanyoto jauh lebih sering diundang dan dinantikan para guru yang ingin mengubah kinerja mengajarnya.

Kapan saat terbaik untuk mendapatkan pelatihan creative teaching atau joyful learning? Saat liburan sekolah adalah yang paling tepat. Pelatihan bisa diselenggarakan oleh sekolah, oleh Dinas Pendidikan di tingkat kecamatan atau kota/kabupaten, oleh MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk pelajaran tertentu, atau oleh Dewan Pendidikan di tingkat kota.

Saya percaya para guru akan terus terbuka dengan ide-ide baru di bidang proses belajar mengajar demi suksesnya anak didik. Generasi penerus bangsa ini sangat bergantung pada Bapak/Ibu Guru sekalian, dan mohon jangan lupa pepatah ini, ”one is never too old to learn”, kita tidak pernah terlalu tua untuk belajar. Walau besok waktunya pensiun sekalipun.

Jika berkenan, pada tulisan berikut, saya akan beberkan secuplik aplikasi creative teaching dan joyful learning. Salam Senin!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline