Anda pasti sepakat dengan saya bahwa guru bahasa apapun, senantiasa perlu gagasan-gagasan segar untuk dibawa ke ruang kelas agar proses pembelajaran bahasa lebih menarik. Berbagai games dan tindakan kelas (class actions) telah diupayakan, namun prakarsa-prakarsa baru tetap diperlukan.
Hari ini, bolehlah kiranya saya mengajukan satu ide yang bisa guru gunakan sebagai alternatif pembelajaran bahasa di dalam kelas, yakni Haiku.
Haiku adalah puisi pendek khas Jepang, disajikan dalam tiga larik (triplet), masing-masing larik berisi 5, 7 dan 5 suku kata, total 17 suku kata. Saya mulai kenal Haiku sejak di kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Fakultas saya, kebetulan punya fasilitas perpustakaan khusus sumbangan the Japanese Foundation yang dilengkapi beberapa rak buku yang menyediakan berbagai bacaan menarik tentang Jepang dan budayanya, termasuk beberapa buku tentang Haiku.
Haiku kembali dalam daftar minat saya, dan saya jadikan sebagai gagasan menulis puisi untuk lomba puisi yang digelar grup Rangkat (28 Februari dan 1 Maret 2015) di Kompasiana.
Sebelum membahas Haiku lebih panjang, berkenanlah menyimak sebuah haiku yang saya tulis pagi ini :
“Pagi merekah|Cericit burung|Hati berbunga”
Sekilas puisi Haiku ini terlalu sederhana, mungkin tak menyiratkan makna. Tapi memang demikianlah pakem Haiku. Menurut ahlinya, Haiku memang disajikan dengan sederhana, apa adanya. Ciri utama Haiku adalah ekspresi tentang alam, tentang hal-hal yang biasa kita lihat di sekeliling, tanpa menggunakan perumpamaan-perumpamaan (verbal trickery). Haiku juga minim tanda baca, karena kata-kata dalam Haiku sudah dianggap sebagai bisa mewakili tanda baca. Yang lebih penting lagi. Haiku harus punya dua unsur: ungkapan tentang alam dan exclamation (kata/frasa seru) di larik ke tiga.
Karena itulah, karena minimnya kata-kata dan tanda baca, dalam Haiku, agaknya pembaca perlu berpartisipasi untuk memahami isi Haiku. Partisipasi pembaca diperlukan untuk mencari kata-kata yang ‘hilang’ di antara larik 1 dan 2, dan larik 2 dan 3, seperti yang saya tandai dengan garis tegak pada contoh Haiku di atas ( | ). Haiku di atas, agar maknanya lebih mudah diserap, akan enak bila disisipi kata ‘terdengar’ di antara larik 1 dan 2, dan kata ‘membuat’ di antara larik 2 dan 3.
Masih kata para ahli Haiku Jepang, bila pembaca kurang sensitif, Haiku sulit dipahami.
Bagaimanakah peran Haiku dalam peradaban bangsa Jepang?
Pada masa kekaisaran Heian (700 – 1100) SM, masyarakat dituntut untuk bisa mengenali, mengapresiasi dan melantunkan puisi Jepang dan China. Pada masa ini mulailah dikenal jenis-jenis puisi pendek seperti tanka. Untuk disebut sebagai puisi pendek, perlu kesepakatan formulasi, dan jadilah formasi triplet 5-7-5 sebagai konvensi puisi pendek. Puisi-puisi pendek yang berkisah tentang alam melalui sejarah yang panjang, kemudian disebut sebagai Haiku.
Dalam dunia kesusastraan Jepang, nama MatsuoBashō (松尾芭蕉)(1644 – 1694), sangat dikenal. Hidup di masa Edo, Bashō kondang sebagai empu Haiku. Karyanya sampai saat ini diakui secara internasional, dan tersedia terjemahan karya-karyanya dalam bahasa Inggris. Semasa hidupnya, sang empu Haiku mempunyai banyak pengikut, dan inilah yang merawat dan menempatkan Haiku sebagai penciri khas kesusastraan Jepang sampai sekarang
Mau tahu salah satu Haiku karya Bashō? Ini dia dalam tiga bahasa:
furu ike ya / kawazu tobikomu / mizu no oto
an ancient pond / a frog jumps in / the splash of water
telaga tua/seekor katak melompat/ke dalam kecipak air
dan
iza saraba / yukimi ni korobu / tokoromade
now then, let's go out / to enjoy the snow... until / I slip and fall!
Yuk kita ke luar/menikmati salju…sampai/Aku terpeleset dan jatuh!
(tentu saja ketika Haiku Jepang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atau Inggris, formasi 5,7,5 tidak bisa terpenuhi)
Berminat juga menikmati Haiku dalam bahasa Inggris? Ini dia tiga contoh untuk Anda :
[caption id="attachment_353419" align="aligncenter" width="281" caption="Ilustrasi :www.wikihow.com"][/caption]
[caption id="attachment_353420" align="aligncenter" width="300" caption="Illustrasi : www.2esoe1011.wordpress.com"]
[/caption]
[caption id="attachment_353421" align="aligncenter" width="286" caption="Illustrasi : www.letter.printqwik.com"]
[/caption]
Dan ini Haiku bahasa Inggris yang baru saja saya tulis :
==The dew on the leaves | dried out by the warm sunray | morning has broken
Haiku dalam bahasa Indonesia juga tidak kalah seru. Mohon simak tiga Haiku yang juga saya tulis pagi ini :
== Segumpal awan | dansa di langit biru | aku cemburu!
== Petang tlah datang| langit beranjak redup | sunyi menyapa
== Tetesan hujan | mencumbu dedaunan |anugerah indah
Haiku bernafaskan Islam? Kenapa tidak. Ini dia :yang berhasil saya tulis :
== Adzan di masjid | berhentilah bekerja| waktunya shalat
== Siapa kamu | tanpa ada naungan | Islam yang hanif?
== Tabunglah amal | rawatlah baik-baik | bekal ke surga
Kalau Haiku berbahasa Jawa? Okay aja! :
== Najan mung sithik | pakulinan sing apik | marahi becik
(Meski cuma sedikit | kebiasaan baik | membawa kebaikan)
== Pari ing sawah |wis kathon padha kuning |wayahe panen
(Padi di sawah | sudah tampak menguning semua | waktunya panen)
== Banyune kali |ngintirake kangenku | marang sliramu
(Air sungai | menghanyutkan rinduku | pada dirimu)
Haiku bahasa Sunda? Hayu!
== Mangga tingali | barudak keur arulin | mani garandeng
(Coba lihat | anak-anak sedang bermain | sungguh bising)
== Tah tangkal awi | asa keur ngagupayan | ka sadayana
(Tuh pohon bambu | seperti sedang melambaikan tangan | pada semua orang)
== Hayu ka lembur | papanggih babaturan| jeung nu gareulis
(Ayo ke desa | bertemu teman-teman | dan yang cantik-cantik)
Nah, sekarang kaitannya dengan judul artikel ini.
Para guru bahasa, pastinya Anda sependapat dengan saya bahwa menulis Haiku tidak sulit. Mula-mula berlatihlah sendiri menciptakan karya Haiku, kemudian bawalah gagasan ini ke dalam kelas. Beri siswa contoh, beri pengetahuan teknik penulisan Haiku, beri pula kesempatan siswa untuk menangkap makna puisi Haiki dan menemukan keindahan bagaimana Haiku bisa melukis keadaan sekitar kita dengan kata-kata.
Untuk memudahkan siswa, guru bisa mengarahkan siswa untuk mengamati sekeliling, apa saja, dan kemudian menuliskannya dalam Haiku. Ini bisa membantu siswa mengapresiasi pelajaran bahasa. Bisa juga menumbuhkan siswa untuk mengenali kosa-kata baru, terutama untuk siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Untuk Haiku berbahasa Inggris, pengenalan Haiku boleh dimulai dari tingkat SMP. Bahasa daerah Anda juga merupakan sumber dan ladang kreatif untuk menulis Haiku. Ini akan jadi ajang apresiasi dan pelestarian bahasa daerah Anda.
Karya-karya siswa, boleh dipajang di majalah dinding, diposting di wall Facebook, atau jadi status di media sosial. Boleh juga rancang acara-acara lomba penulisan Haiku.
Ajang seperti ini, saya yakin, akan sedikit melumerkan suasana kelas sehari-hari yang mungkin membuat siswa jenuh.
“Pak dan bu Guru | ayo coba Haiku |pasti asyiknya”
Puisi Haiku saya ada di sini
Sumber bacaan :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H