Lihat ke Halaman Asli

Eddy Mesakh

WNI cinta damai

Pak SBY, Tolonglah, Masih 23 Jiwa Lagi...

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_117489" align="aligncenter" width="680" caption="Ruyati, TKI yang dipancung di Arab Saudi (VIVAnews / Erik Hamzah)"][/caption]

BAPAK Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Yang Terhormat. Kami mohon dengan sangat, tolonglah. Masih 23 tenaga kerja Indonesia (TKI) lagi yang terancam hukuman mati di Arab Saudi. Bapak pasti tahu persis kan kalau seorang warga negara bapak baru saja dipancung kepalanya di Arab Saudi? Ruyati binti Sapubi alias Ruyati binti Saboti Saruna dicabut nyawanya oleh Pemerintah Arab Saudi, Sabtu 18 Juni 2011. Kepalanya menggelinding di tanah tertebas pedang sang tukang jagal. Duh, dia hanyalah seorang TKW miskin dan lemah, tapi dia manusia, bukan sapi atau kambing. Sudahkah Pemerintah Indonesia menyelidiki secara seksama atas tuduhan membunuh yang didakwakan kepada Ruyati? Kami mohon pemerintah kita jangan terlalu mudah percaya atas klaim-klaim dakwaan yang hampir semuanya memberatkan bagi warga negara kita yang menjadi terdakwa di luar negeri. Kasihani mereka, Pak! Bertindaklah sekarang! Apakah Pak SBY masih menunggu sampai kepala 23 orang terdakwa yang tersisa menggelinding di tanah baru bertindak? Mereka punya keluarga di sini, di Indonesia, yang harus mereka nafkahi. Mereka tidak secara gembira berangkat meninggalkan keluarganya. Mereka pergi karena negerinya yang subur justru tak sanggup memberi penghidupan. Tapi bukan berarti mereka harus mati dengan cara tragis seperti itu, kan? Pak SBY, baru minggu lalu jenazah Isti Komariyah dikirim pulang dari Malaysia. Konon Isti pun mati secara tak wajar. Sudahkah Bapak mengetahuinya? Sudahkah Bapak mengetahui, bahkan sebuah lembaga swadaya masyarakat di Malaysia, Women's Aid Organsiation (WAO), saja berani mengutuk kematian Isti? Sudahlah, Pak SBY. Jangan lagi bermanis bibir. Kami tak perlu pidato penuh kata-kata manis. Kami tak perlu janji macam-macam. Ucapan bela sungkawa pun tak ada gunanya sama sekali. Yang kami butuhkan saat ini adalah upaya keras Bapak membela 23 TKI kita yang kini terancam hukuman pancung. Juga membela keselamatan dan hak-hak  jutaan TKI/TKW kita yang tersebar di luar negeri. Membela mereka dengan sungguh-sungguh. Membela dengan segala upaya yang mungkin bisa kita lakukan. Kami tahu itu tak mudah. Tapi Pak SBY sebagai presiden, harus menunjukkan kepada kami perjuangan sungguh-sungguh, pantang menyerah dalam membela rakyatmu di mana pun mereka berada. Australia saja bisa bersikap sangat tegas ketika sapi potong mereka disiksa di Indonesia, masak Bapak tidak bisa bersikap lebih tegas ketika manusia Indonesia "disembelih", dipancung kepalanya di luar negeri? Pak SBY, bukankah sebagian besar rakyat negeri ini memilih Bapak untuk kemaslahatan mereka? Percayalah Pak, jika disia-siakan, darah mereka yang tertumpah akan meminta pertanggungjawaban Bapak. Pak SBY, kami percaya Bapak memiliki hati nurani dan pasti ikut terpukul mendengar kabar duka ini.  Tolong renungkan dalam-dalam. Dengarkan tangis pilu mereka melalui hati Bapak yang terdalam. Dengarkan tangis pilu Een Nuraeni atas kematian tragis Ruyati, ibunya. Dengarkan pula tangisan ratusan ribu atau bahkan jutaan keluarga TKI/TKW lainnya yang mungkin saja tengah terancam di negeri orang. Tolonglah lebih berempati pada orang-orang kecil dan lemah itu. Coba bapak rasakan dengan nurani seandainya keluarga bapak sendiri yang kepalanya dipancung seperti itu? Kami mohon pak, jangan ada lagi tangis. Kami sungguh tak ingin mendengar tangisan pilu keluarga dari 23 TKI yang kini terancam hukuman pancung di Arab Saudi sana. Kami tunggu aksi nyata, Pak... bukan janji, bukan pula pidato penuh slogan. (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline