Lihat ke Halaman Asli

Eddy Mesakh

WNI cinta damai

Jokowi-JK Sengaja Salah Pasang Menteri!

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1414244220127073697

[caption id="attachment_331090" align="aligncenter" width="620" caption="Jokowi dan Jusuf Kalla (Sumber: tempo.co)"][/caption]

INI soal pasang-memasang menteri. Apakah dari 34 nama-nama itu sudah cocok dengan latar belakang si menteri? Menurut penilaian beberapa pengamat, ada beberapa nama menteri yang salah posisi. Padahal, menurut teori, mustinya kan harus orang yang tepat di posisi yang sesuai keahliannya. Ini terkait kompetensi yang bersangkutan.

Sudah tahu gitu, lalu kenapa Jokowi-JK ngeyel menempatkan orang-orang yang tidak sesuai pada posisi kementerian tertentu? Atau memang disengaja?

Menurut saya, keduanya memang sengaja “salah pasang”. Itulah yang orang Madura biasa bilang, “think out of the box” mengutip bahasa Inggris, “berpikir di luar kotak”.  Profesor Edward de Bono dari Rote Ndao menggunakan istilah lateral thinking. Prof Edward bilang, “seseorang tidak dapat menggali lubang di tempat yang berbeda dengan menggali lebih dalam lubang yang sama.” (sumber)

Makanya Jokowi-JK sengaja menempatkan “orang yang salah” pada kementerian tertentu agar dia bisa mencoba hal-hal baru di departemen yang dia pimpin. Mungkin dia akan membawa pengalamannya di bidang yang berbeda kemudian dijadikan sebagai sebuah inovasi di tempat yang sekarang.

Saya pernah membaca sebuah buku (lupa judul dan penulisnya) yang menjelaskan panjang lebar soal inovasi dan bercerita mengenai beberapa penemu ketika menciptakan sebuah alat baru. Menurut buku itu, produk-produk inovatif hampir selalu merupakan penggabungan antara dua benda yang sama sekali tidak memiliki kaitan. Kadang-kadang ide baru itu terdengar lucu dan konyol sehingga pantas ditertawakan.

Jadi, kalau Anda mau menciptakan sesuatu yang sama sekali baru dan “aneh”, cobalah mematut-matutkan benda-benda yang mungkin bisa disatukan. Misalnya sepeda motor dengan kompor gas, mobil dengan mesin photo copy, televisi dengan batu akik, atau es krim dengan tuak! Itu terdengar aneh dan lucu kan? Memang, karena kita belum tahu bagaimana menghubungkan benda-benda itu agar menjadi ‘sesuatu’ yang baru. Tetapi kita bakal takjub, terheran-heran ketika ada orang aneh bin ajaib mampu menggabungkannya menjadi sebuah produk baru.

Telepon genggam, misalnya. Awalnya kita hanya tahu benda itu sebagai alat komunikasi suara. Tapi sekarang sangat multifungsi, ada senternya, dilengkapi kamera, bisa internet, radio, televisi, dan mungkin ke depannya bisa untuk bikin kopi.

Lepas dari ‘salah pasang”, ada juga yang persoalkan seorang menteri cuma ‘tamat’ SMA kelas dua. Menteri kan harus orang pintar, bergelar profesor doktor dari universitas terkenal. Kok yang satu ini cuma berijazah SMP?  Bayangkan saja, hanya berijazah SMP saja dia bisa punya puluhan pesawat terbang, bagaimana jadinya kalau dia bergelar profesor?

Sudahlah, berhenti ribut-ribut dan mari kita mulai bekerja! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline