Gebrak kan Joseph Paul Zang bak sebuah meteor yang meluncur jatuh ke bumi. Dan ledakkannya langsung menimbulkan resonansi yang heboh keseluruhan penjuru Negeri. Membuat Jagat medsos dan media konvesional hiruk-pikuk macam sebuah pasar malam.
Lempar-melempar, dan saling tunjuk-menunjuk ditengah masyarakat bagai gayung bersambut. Argumen demi argumen tak pelak lagi berseliweran di Dunia maya. Semua mendadak repot, semua mendadak bertingkah emosi sesaat, tak ubahnya macam peristiwa ketika ormas FUI menggertak paguyuban Jaran kepang .
Kesengajaan dipastikan bersembunyi dibalik ucapan Joseph Paul yang sangat provokatif. Bohong, andai mahluk se intelektual Jozeph Paul, tak tahu sikon apa yang tengah mewabah di Republik ini, yaitu, intoleransi akibat radikalisme agama. Dan tingkah Jozeps tak ubahnya bagai menyiram bensin keatas timbunan bara.
Jelas sekali betapa Jozeph seakan telah memperhitungkan dan merencanakan secara cerdas tindakan provokasinya. Sebab, ucapannya yang berisi penistaan dan penghinaan pada Agama Islam dan Nabinya, sungguh membawa dampak Hukum dan konsekuensi yang amat berat buat dirinya.
Sebagian masyarakat berpendapat secara positif. Mereka menganggap, tindakan Jozeph sebaiknya digunakan sebagai kilas-balik untuk introspeksi internal. Merujuk pada prilaku serupa yang memang kerap terjadi di Republik ini. Seperti yang diungkap seorang netizen disebuah postingan di Twitter.
Bud Gapho@BGapho
Menurut saya, siapapun tak boleh menista agama, budaya, atau apapun yang sudah menjadi adat di Indonesia. Tapi marilah kita bangun Bangsa dan Negara ini untuk kita semua. Kalau lihatnya perbedaan terus kita ketinggalan sama Negara lain.
Di kesempatan yang bersamaan, reaksi yang lebih keras ditunjukkan oleh sebagian lainnya. Muncul ungkapan yang terasa agak berlebihan bahkan terkesan lucu, seperti halalnya darah Jozeph Paul bagi mereka. Padahal keberadaan Joseph masih belum diketahui secara pasti. Walau muncul berita bahwa Penista agama itu berada di Jerman.
Memang sudah diduga, bahwa ucapan Joseph yang mengandung pelecehan agama itu bakal memancing reaksi berlebihan. Tak bisa dipungkiri apabila masih banyak oknum yang sakit hati, akibat Ormas mereka dibubarkan Pemerintah.
Alangkah eloknya, kalau ungkapan itu dikemas secara lebih beretika dan beradab. Sehingga sebuah komentar yang dianggap tak senonoh dan cenderung sara, menimbulkan kejengkelan sebagian masyarakat.
Adalah Anwar Abbas Waketum MUI yang dituduh berkomentar tak pantas itu. Ocehannya dipandang telah menyinggung Kapolri yang memang beragama Kristen. Perlu juga diingat bahwa Anwar Abbas lah satu-satunya orang, yang paling repot mengeritik Presiden saat pemilihan Sigit Sulystiyo diangkat sebagai Kapolri.