Lihat ke Halaman Asli

Eddy Kardiman

Penikmat buku, senang menulis untuk berbagi

Melihat yang Tak Terlihat dari Naturalisasi

Diperbarui: 24 Oktober 2024   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Timnas Indonesia bagai tersandung batu, setelah kalah dari China 1:2 beberapa waktu yang lalu. Namun hendaknya dukungan itu  tak goyah karena kekalahan,   justru dukungan itu sangat diperlukan  ketika kalah bertanding. Tulisan ini mewakili pencinta sepak bola tanah air sebagai bentuk dukungan bagi Timnas Indonesia. 

Manis-manis jambu, sebuah ungkapan di tanah Betawi yang menggambarkan ada sisi manis dan sepetnya. Seperti halnya pro dan kontra mengenai naturalisasi beberapa saat yang lalu. 

Perbedaan pendapat dalam salah satu kebijaksanaan Persatuan Sepak Bola Indonesia itu  sejujurnya suatu hal yang wajar dalam kehidupan berdemokrasi, termasuk dalam olah raga sepak bola di negara ini. Namun melihat, merasakan, berkontribusi pendapat  dan mencari jalan keluar dari setiap kesulitan memang hanya milik "penggila bola" dan bukan yang lain.  

Pendapat kritis tentang naturalisasi oleh tokoh nasional itu didasari kecintaan pada bangsa ini khususnya sepak bola nasional,  namun dari sudut pandang yang berlawanan, bisa jadi karena terlalu menghayati peran sebagai oposisi hingga terbawa dalam urusan sepak bola. 

Tentunya program naturalisasi itu tak sekedar sebuah perubahan tapi dibaliknya ada keuntungan bagi perkembangan sepak bola nasional yang mungkin saja tak  terjangkau melalui cara berfikir filosofis itu.  

Catatan prestasi

Fakta itu tidak hanya tersingkap di "meja hijau". Namun  lapangan hijaupun menyimpan fakta dan catatan prestasi tim nasional. 

Kala  itu  kata naturalisasi  tidak terdengar bahkan nama Indonesia  belumlah lahir. Kesebelasan itu bernama Hindia Belanda, yang berlaga di piala dunia di tahun 1938 berseragam  kaos oranye, celana putih dan kaus Kaki biru.  Para pemain merupakan pemain campuran diantaranya adalah, Sutan Anwar, Leen Van Beuzekom, Jan Harting , Achmad Nawir, Tan Hong Djien dan lain-lain. 

Prestasinya tidak menggembirakan dimana Hindia Belanda saat itupun "menyerah tanpa syarat"  dari Hungaria 0-6. 

Setelah merdeka di penyisihan Pra Piala Dunia tahun 1986, Tim Nasional  Garuda nyaris menembus piala dunia di era kepelatihan Sinyo Aliandoe. Sebelum kalah aggregate 1:6 dari Korea Selatan. 

Saat ini perjuangan menuju Piala Dunia itu menjadi buah bibir Karena suatu perubahan yaitu naturalisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline