Lihat ke Halaman Asli

Sudut Pandang Lain dari Konsep Pembangunan Ekonomi Indonesia

Diperbarui: 19 Oktober 2016   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sudah tiga belas paket ekonomi yang diluncurkan pemerintah tetapi hasilnya kurang berhasil jika dilihat dampaknya terhadap industri rakyat, yang pertumbuhannya berada dibawah angka pertumbuihan ekonomi nasional, dan sumbangan sektor ini terhadap PDB menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Padahal industri itu seharusnya menjadi motor utama dari kemajuan ekonomi sesuatu bangsa.

Hal ini terjadi karena pemerintah kurang teliti mendefinisikan problem ekonomi bangsa ini. Kesalahan menentukan definisi problem ini yang menuntun kita menjadi salah dalam menemukan solusi yang tepat

Dilihat dari sudut pandang ilmu industri moderen, permasaalahan ekonomi bangsa ini ada dua, pertama produktifitas industri yang sangat rendah, dan kedua adalah inefisiensi yang akut. Kedua masaalah ini timbul karena industri kita mkasih dalam taraf primitif, sama kondisinya seperti zaman sebelum revolusi industri.

Produktivitas yang sangat rendah bukan saja dalam ukuran kuantitas tetapi juga dalam ukuran ketidakmampuan memproduksi barang barang tertentu. Contoh pada industri rumput laut. Industri kita hanya mampu memproduksi rumput laut kering karena industri ini masih dapat ditangani oleh industri primitif yang masih bersandar kepada kompetensi manusia.

Tetapi kita tidak mampu memprodukdi karaginan, karena industri ini sudah harus menggunakan industri yang bersandar pada sistem, alias industri moderen. Kita terpaksa mengekspor  rumput laut kerin dan lalu mengimpor karaginan. Disamping itu industri primitif ini tidak mampu memproduksi dalah jumlah besar dengan persyaratan mutu, biaya preoduksi, pasoiokan dan layanan publik yang sangat buruk.

Dari segi inefisiensi akut dapat dilihat dallam cara kita memproduksi beras. Kita tahu bahwa kerugian pasca panen dalam produksi beras bisa mencapai 21%. Industri moderen bangsa Jepang sudah membidik target ZERO DEFECT dalam menghapuskan afkir. Bila kita memiliki kemampuan menekan afkir yang 21% ini menjadi hanya 5% saja,ini bukan hal yang mustahil kita laksanakan,  kita akan menghemat sekitar tujuh juta ton beras mutu prima, sehingga kita tidak perlu mengimpor beras malah akan mampu mengekspor.

Kedua masaalah ini dapat kita carikan solusi yang tepat BILA kita mau memodernidsasi industri rakyat kita, yang selama ini, belum pernah diprogramkan oleh pemerintah kita. Untuk itu marilah kita memodernisasi industri rakyat dan memberi kesempata yang seluas luasnya kepada iondustri rakyat menjadi tuan rumah di rumahnya nsendiri.

Modernisasi industri rakyat insya Allah dapat kita laksanakan dengancara yang  cepat, mudah, murah, dan menguntungkasn banyak pihak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline