[caption caption="Goh Jin wei (15 tahun) juara tunggal putri World badminton Junior Championship 2015. (Photo Courtesy : TheStar.com.my)."][/caption]Perhelatan world badminton junior championship di Lima ibukota Peru Amerika selatan baru selesai pagi tadi. Dan inilah mereka yang berhasil menjadi juara: Zheng Zinwei/Chen Qingchen (China) meraih juara ganda campuran, Jinwei Goh (malaysia) juara tunggal putri, Chia Hung Lu ( Taiwan) juara tunggal putra. Chen Qingchen/Jia Yifan (China) juara tunggal putri dan he Jiting/Zheng zinwei (China) juara tunggal putra.
Kejuaraan dunia yunior kali ini diwarnai dengan banyakya kejutan khususnya di partai tunggal baik tunggal putra dan tunggal putri. Di partai tunggal putra unggulan kedua June Wei Cheam dari malaysia harus tersingkir di babak kedua dari pemain non unggulan Koki watanabe dari jepang. . Begitu juga dengan unggulan pertama dari Indonesia Firman Abdul Cholik dari Indonesia yang kalah dari pemain Thailand adulrach Namkul yang unggulan ke 14 di perempat final. Pemain pemain beken di tingkat yunior yang juga tersingkir adalah Lin Guipu unggulan ke empat (China), dan Anders Antonsen unggulan ke tiga (Denmak).
Di tunggal putri keadaannya lebih seru, Jepang yang gudangnya pemain unggul di tunggal putri yunior hanya mampu menempatkan wakilnya di semifinal. Itupun keduanya kalah dari pemain Malaysia yang sebetulnya kurang diperhitungkan. Moe Araki yang tidak diunggulkan tetapi punya prestasi besar di dalam negeri karena mampu mengalahkan pemain pemain seniornya termasuk Akane Yamaguchi ternyata kalah di semifinal dari pemain tunggal putri malaysia Jin Wei Goh. Sementara semifinalis lainnya Natsuki Nidaira kalah dari pemain Malaysia lainnya Ying Ying Lee.
China yang juga mengirimkan pemain hebatnya di tunggal putri yunior seperti He Bingjiao dan Chen Yufei juga gagal menempatkan wakilnya di semifinal sekalipun. He Bingjiao unggulan pertama tunggal putri kalah dari Natsuki Nidaira (Jepang) di perempat final, sementara Chen Yufei kalah dari Goh Jin Wei. Sementara itu pemain terkenal jepang yang juga unggulan kedua Saena Kawakami kalah dari temannya sendiri Moe Araki di babak babak ketiga.
Goh Jin Wei sang juara tunggal putri ini bukan pemain yang telah malang melintang di pertandingan yunior seperti para rivalnya He Bingjiao (China) Saena kawakami, Natsuki nidaira (jepang) Chocuwong Pornpawee, Supanida Kathethong (Thailand) atau Gregoria Mariska (Indonesia) yang telah punya jam terbang lebih tiggi dibandingkannya. Usianya masih sangat muda yaitu 15 tahun. Di usia itu dia telah sanggup menjadi juara dunia tentu ada yang luar biasa yaitu cara mainnya.
Goh Jin wei dikenal punya karakter pemain yang menyerang, karakter permainan yang kini sangat mendominasi tunggal putri seperti ditunjukkan oleh Carolina Marin yang kini bisa menggulung dominasi China. Karakter inilah yang menarik bukan saja para tim pelatih Malaysia tetapi juga Singapore. Karena usianya dan caranya bermain yang menggiurkan hampir saja Goh Jinwei direkrut Singapura dengan iming iming beasiswa dan fasilitas yang menggiurkan. Ini menjadi pelajaran bagi tim pelatih kita manakala merekrut para talenta muda kita. Yang utama tentunya jangan hanya para juara yang direkrut untuk bergabung dengan para pemain di klub terkenal ataupun pelatnas. Tetapi gaya permainan yang sesuai dengan jamannya. Kalau pemain juara tetapi gaya mainnya masih gaya tempoe doloe dan pasti kalah dengan gaya gaya permainan tunggal putri saat ini yang sangat cepat dan menyerang untuk apa direkrut dan di latih kalau nantinya pasti kalah lawan pemain negara lain yang menganut gaya permainan cepat dan menyerang.
Perhatikan juga cara bermain di lapangan bagaimana dia menghandle lawan lawannya menggunakan skill yang ada padanya. Bagaimana dia menghadapi tekanan lawan manakala bertanding melawan lawan yang lebih bagus. Ini memang lebih merupakan game intellegence pemain tetapi kadang kadang ini luput dari perhatian pelatih ataupun tim perekrut karena yang dilihat melulu hanya hasil akhir menang atau kalah. Saya sendiri salut dengan cara perekrutan PB djarum dalam audisinya yang memilih pemain bukan hanya dari hasil akhirnya tetapi juga dari cara bermain, dan mental di lapangan.
Yang terakhir yang sangat mendasar tentu saja adalah faktor usia, siapa yang nggak tahu kalau banyak teradi pemalsuan umur di kalangan pemain kita ? Berkacalah pada wajah Goh Jinwei yang masih begitu belia masih unyu unyu. Pemalsuan umur bisa berakibat fatal pada program pembinaan karen pemain yang dikira masih remaja ternyata umurnya sudah 2, 3 tahun lebih tua.padahal ada batas umur dimana pemain badminton itu masih bisa berkembang atau tidak. Tentu pengurus induk olahraga dan praktisinya tahu mana pemain yang makan umur tersebut. Sudah selayaknya badminton kita dikembangkan dengar prinsip kejujuran. Kan ada slogan BWF yang bagus I'm Clean, I'm Honest I'm badminton player !!