SUNGAILIAT- Lahan bekas (eks) tambang timah di kawasan Sinar Jaya Jelutung tepatnya di kawasan Matras, Sungailiat, Kabupaten Bangka sejak tahun 2014 hingga tahun 2018 yang digarap menjadi lahan pertanian padi sawah sudah berhasil melakukan panen padi dengan kisaran perhektarnya menghasilkan gabah seberat 4 ton lebih.
Oleh karena itulah, Pemda Kabupaten Bangka setiap kali kawasan tersebut akan melaksanakan panen maka selalu diselenggarakan kegiatan seremonial dalam rangka menggugah dan memberi contoh serta menginformasikan kepada masyarakat bahwa lahan bekas tambang timah jika diolah sebaik mungkin maka akan menghasilkan. Panen padi di lahan eks tambang timah tersebut juga dijadikan bukti konkret dalam hal penyelamatan lingkungan di Kabupaten Bangka.
Dalam panen padi yang kedelapan yang dilaksanakan kemarin, Selasa (8/5/2018), Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bangka, Kemas Arfani Rahman, dalam sambutannya mengatakan, lahan pertanian di Eks Tambang Timah tersebut diolah oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mekar yang dikordinir oleh Sofyan dan Nunung dimana sudah dilakukan panen sebanyak 8 kali. Pada tahun 2018 ini, panen padi kemarin adalah panen kedua dimana setiap panen menghasilkan padi perhektarnya sekitar 4.8 Ton. Gapoktan Mekar juga sudah mengajukan untuk perluasan areal tanam padi di lahan eks tambang timah konsersi PT. Inhutani seluas 100 hektar dimana untuk luasan di kawasan tersebut sangat luas yang hampir semua adalah bekas tambang timah.
''Kelompok Tani Mekar ini bisa dijadikan sebagai pelopor penyelamat lingkungan daerah Kabupaten Kabupaten Bangka yang mana sudah terbukti seluas 8 hektar yang telah ditanami padi dan sudah menghasilkan. Gapoktan ini juga melakukan pencetakan lahan sawah tanpa ada bantuan dari Pemda dan itu dilaksanakan karena keterbatasan lahan sehingga mereka bisa mengolah lahan bekas tambang timah,''ungkap Kemas.
Untuk itulah, di wilayah Kabupaten Bangka khususnya dan Provinsi Babel pada umumnya sangat banyak memiliki kawasan bekas tambang yang tidak mengalami permasalahan lahan milik PT Timah yang bisa dijadikan kawasan pertanian sehingga lahan tersebut bisa dimaksimalkan untuk menyukseskan swasembada pangan di Kabupaten Bangka pada khususnya dan Provinsi Babel pada umumnya dengan menggunakan Pupuk Organik Hayati (POH) yang bisa mengurai bahan-bahan kimia di dalam tanah sehingga tanaman bisa menyerap makanan dan menumbuhkan tanaman yang berkualitas.
Sementara itu, Staf Ahli Bupati Bangka Bidang Perekonomian, Dawami, yang mewakili Bupati Bangka, dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada Gapoktan Mekar yang telah sukses mengolah lahan bekas tambang menjadi areal pertanian padi. Kedepannya, Pemda Bangka akan terus memprioritaskan pengembangan pertanian di Kabupaten Bangka.
''8 Hektar di Kawasan bekas tambang timah ini sudah memberikan bukti dan harus terus diperhatikan dalam pengembangan kawasan pertanian. Pemda Bangka memberikan apresiasi dan semangat agar Gapoktan terus mengembangkan pertaniannya. Kebutuhan beras di Kabupaten Bangka ini harus tersedia kurang lebih 45 ribu ton pertahunnya, oleh karena itu kita harus melakukan langkah-langkah konkrit untuk meningkatkan produksi bahan pangan padi,''jelas Dawami.
Dalam kegiatan tersebut dihadiri juga oleh Profesor Antonius dari LIPI, kepala Dinas Pertanian Provinsi Babel, perwakilan Danrem, Polres Bangka, perwakilan PT. Timah, Ketua Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Bangka, PKK Bangka, dan para tamu undangan lainnya.
''Tidak Tahu Lagi Harga Beras''
Ketua GAPOKTAN Mekar, Sofyan, secara terpisah dalam kegiatan panen padi di lahan bekas tambang timah di Sinar Jaya Jelutung, Sungailiat, Kabupaten Bangka mengatakan bahwa dirinya bersama dengan anggota Kelompok Tani yang berjumlah 9 orang tersebut sudah tidak mengetahui lagi harga beras di pasaran karena memang untuk konsumsi beras dirinya menggunakan hasil lahan padi di lahan bekas tambang timah.
Diceritakannya, pada tahun 2014, dirinya yang sebelumnya menggeluti pekerjaan sebagai penambang timah sudah tidak bisa bekerja lagi dikarenakan factor usia. Untuk itulah, dirinya bersama dengan rekan-rekannya mulai membuka lahan bekas tambang untuk ditanami padi dengan menggunakan peralatan seadanya dan tanpa bantuan dari Pemda. Menggunakan pupuk subsidi mulailah ditanami padi yang mana untuk irigasi selama 6 bulan mencangkul untuk mengairi lahan padi tersebut.