Lihat ke Halaman Asli

Eddie MNS Soemanto

Penikmat Humor

Dan Kematian Makin Akrab*

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

DALAM film Transporter 3 ada dialog antara Frank Martin (Jason Statham) dengan Valentina (Natalya Rudakova) tentang kesuraman dan malapetaka. Kematian begitu kentara dekat mereka. Sebab di pergelangan tangan mereka berdua terpasang semacam alat, manakala mereka menjauh dari mobil yang mereka kendarai, mereka akan celaka, alias mati oleh bom yang terpasang di pergelangan tangan tadi. Maut membuntuti ke mana mereka pergi.

Bukankah kita di alam nyata juga seperti itu? Pasti. Tetapi manakala ada ahli dari universitas ternama memperjelas tentang kesuraman dan malapetaka itu, bahwa gempa 8,9 SR tidak akan hanya menyapu pulau-pulau kecil di Kepulauan Mentawai, tetapi juga akan menyisir pantai barat Sumatera. Dan saya ingat Subagio Sastrowardoyo akan puisinya ‘Dan Kematian Makin Akrab’. Di ujung musim yang mati dulu / bukan yang dirongrong penyakit / tua, melainkan dia / yang berdiri menentang angin / di atas bukit atau dekat pantai / di mana badai mengancam nyawa….

Rumah saya dengan pantai barat Sumatera tak lebih dari Jalan Thamrin ke Jalan Jaksa. Sepeleteran. Dan kalau benar apa yang dikatakan oleh ahli gempa, yang katanya bukan untuk menakuti-nakuti, bahwa gempa dan tsunami itu terjadi, apa yang harus saya lakukan? Frank Martin dalam Trasporter 3 bersiasat, dan bahkan malah mendatangi titik kematian itu. Saya, dan banyak penduduk di kota Padang, bukanlah Frank Martin, dan info ahli gempa itu adakalanya membuat parno. Parno bagaimana harus menyelamatkan diri saat gempa datang. Tetapi apakah kita harus selalu berbarengan ke mana-mana dengan anak dan istri?

Bisa jadi ini adalah tulisan saya terakhir. Sementara wajah ahli itu di tivi mengatakan gempa besar dalam waktu dekat akan datang, membayang di kepala saya, entah membayangkan kepintaran atau kebodohannya, senyampang saya juga ingat twit para pesohor di Twitter, waspadai gempa dan tsunami berulang-ulang, tapi di jalan raya setiap hari masih saja ada orang menemui ajalnya.

Di ujung musim / dinding batas bertumbangan / dan / kematian makin akrab…..@

* Dipinjam dari Judul Puisi Subagio Sastrowardoyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline