Lihat ke Halaman Asli

Eddie MNS Soemanto

Penikmat Humor

Stop Tabung Gas 3 KG

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REKAN di FB, Bung Hermawan Aksan, meng-up date statusnya dengan apa yang dikatakan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono yang mengatakan, bahwa karena kurang wawasan dan pengetahuan masyarakat menjadi penyebab terjadinya berbagai ledakan tabung gas. Dalam kurung Bung Hermawan Aksan menimpali; Nasib rakyat, sudah jadi korban, disalahkan pula.

Saya tersenyum sendiri membacanya. Sebab rekan lain, Bung Indra Allen menimpali juga: Statemen Agung Laksono, bahasanya terlihat halus tapi pada intinya dia menganggap korban ledakan tabung gas adalah orang-orang yang bodoh.

Bodoh? Kalau benar rakyatnya bodoh, tentu berarti, tentu menterinya juga bodoh. Sebab kalau dia menteri yang pandai, tentu dia ngajari rakyat bodohnya supaya pandai, gak pinter cuma ngomentari doing. Atau jangan-jangan rakyat ini tetap dibiarkan bodoh, supaya gampang ditipu, sebab kalau rakyat diajarkan pandai, cerdik, dan terampil, bisa-bisa nanti merongrong jabatan dan kekuasaan. Berkuasa di negeri orang bodoh kan bisa bikin langgeng kekuasaan (wah, ini tulisan malah ngelantur ke mana?)

Dan yang bikin lebih geli lagi, hape berdenyit tanda sms masuk, e, gak tahunya gambar unik: Senjata baru buatan Republik Indonesia. Gambar itu memperagakan dua orang TNI yang tengah memanggul senjata, semacam bazooka, yang mana pelurunya adalah tabung gas yang berwarna hijau kekuning-kuningan. Tahu kan, gambar yang di maksud? Ya tabung gas 3 kilogram yang sudah berubah menjadi senjata pembunuh (masal) di dalam rumah, terutama rumah-rumah keluarga kurang mampu (atau mungkin bodoh). Ke mana lagi hendak dibawa kesialan tinggal di negeri ini?

Betul memang, kalau dibanding dengan negara-negara di belahan lain semisal di Afrika sana, kita memang lebih enak. Perang boleh dikata tidak ada. Perampokan dan pencurian tidak sekasar di sana. Negeri ini relatif aman dengan gangguan-gangguan seperti itu. Tetapi kalau membaca tulisan Effendi Gazali di Kompas tanggal 23 Juli 2010 kemarin, soal Gas, Air Mata Rido, dan Istana: … bagaimana sesungguhnya karut-marut komunikasi politik di negeri ini. Membaca tulisan ini kita tambah trenyuh, bagaimana korban ledakan tabung gas itu dan hal-hal kecil (mungkin kecil menurut para pemangku jabatan itu) lain sepertinya tidak diseriusi dan dicarikan jalan ke luarnya. Sebab, masih di hari yang sama, Kompas halaman 19, menulis: Pemerintah Lamban Tangani Ledakan Gas. Semuanya hanya berkomentar tentang bagaimana tabung gas ini, itu, dan bla bla bla. Kenapa tidak diambil saja keputusan, STOP penggunaan tabung gas 3 kilogram itu. Kalau pun mau memakai tabung gas, kembalikan ke tabung 12 kilogram, tetapi kurangi harga gas-nya, mau gak?@

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline