Lihat ke Halaman Asli

Eddie MNS Soemanto

Penikmat Humor

Kelamaan Jadi Karyawan

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

ADA joke di antara kami para senior di kantor, hati-hati kalau ketemu sama Bang Purdi E Chandra. Tahukan siapa beliau? Itu lho pengusaha yang terkenal dengan ajakannya, ‘Jangan Lama-Lama Jadi Karyawan', atau ‘Cara Gila Jadi Pengusaha'. Lalu hubungannya dengan kami? Ya, laiyalah, Bang Purdi pasti sangat marah dengan kami, sekian puluh tahun masih tetap jadi karyawan. Masih mendingan sudah jadi bos. Alih-alih untuk jadi bos, kadang-kadang tiap hari kami malah jadi pecundang, hehehe....

Cerita ini beneran adanya. Banyak dari kita sudah terbiasa menjadi karyawan. Masuk pagi pulang sore. Tiap akhir bulan ada gaji tetap yang diterima. Tunjangan kesehatan aman. Sakit (termasuk anak bini) tinggal masuk rumah sakit yang dirujuk. (Di Jakarta, jam 10 malam ke atas banyak orang baru pulang ke rumah dari kantor).Yang gilanya lagi, sebagian orang yang menjadi karyawan di atas, congkak dengan keadaan ini. Apalagi kalau sudah memegang jabatan. Seolah bisa menghatur negara. Dan sayangnya, keadaan seperti ini selalu berlanjut setiap musim (baca: tahun). Mereka yang baru selesai kuliah (dari berbagai disiplin ilmu) berduyun-duyun untuk menjadi karyawan (/pegawai). Lebih parah lagi, tamatan pertanian melamar ke bidang marketing. Jebolan teknik sipil bekerja di Satpol PP. Salahkah? Siapa yang mau disalahkan? Pemerintah yang nota bene bertanggung jawab dengan ketersediaan lapangan pekerjaan anteng-anteng aja. (Bagaimana mau membuka lapangan pekerjaan dengan menarik investor dari luar, lha wong investor hanya tertarik mutarin duitnya di negara kita. Habis tingkat suku bunga bank kita paling tinggi di dunia). Dunia pendidikan kita pun sepertinya mengajarkan kepada kita bagaimana hanya bisa untuk menjadi karyawan, bukan untuk menjadi pengusaha. Seharusnya kita bangga mempunyai seorang Purdi E Chandra (wah, ini ntar malah disangka iklan?). Jangan seperti seorang dokter umum yang pernah saya temui, bicara begini, "Kalau untuk jadi pengusaha modalnya ya uang. Ini mutlak! Cari uang sama uang, dong?" Dokter umum itu tersinggung rupanya membaca selebaran Purdi ‘Cara Gila Jadi Pengusaha'. "Masa mau jadi pengusaha harus gila dulu, " pungkasnya lagi.

Sahabat pasti tertawa membaca cerita tentang dokter umum di atas. Tapi ini memang saya temui. Seorang dokter yang tidak memperlihatkan kualitas kedokterannya. Dunia dia barangkali, dari rumah, periksa orang, dapat duit. Sepertinya tak terpikir untuk mengambil spesialis. Persis seperti karyawan. Zona nyaman yang terbangun dari tahun ke tahun, jangankan untuk bertindak membuat sebuah usaha, berpikir pun malas. Nasib sial yang menimpa teman saya (senior juga), ketika malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih, ketika rumah yang dikontraknya ludes dilalap sijago merah, ia -maaf- tak mempunyai apa-apa lagi. Siapa yang salah? Kita! Kenapa kita tidak membuka diri kepada hal-hal baru. Bergaul kepada orang-orang baru. Cari orang-orang sukses, tiru cara suksesnya. Hidup ini sebetulnya duplikasi. Hanya mencontoh. Mencontoh baik atau buruk, tentu itu pilihan kepada kita masing-masing (mirip iklan MLM, nih).

Pernah seorang rekan bisnis (pengusaha) dari Bandung bertanya kepada saya, "Apa beda bos yang pengusaha dengan bos yang murni pekerja." Gak susah kok nebaknya, katanya lagi. Lihat dari cara bicaranya. Kalau bicaranya membuat tenang semua perasaan orang, ini salah satu tipikal bos yang pengusaha. Ia membuat semua orang untuk menjadi sukses. Membuat semua orang menjadi penting, dan merasa penting, sekaligus dibutuhkan, sekali pun ia hanya seorang cleaning service. Motivasinya membahagiakan bawahan, termasuk bagaimana cara menghargai perasaan senior supaya jangan lama-lama jadi karyawan.@




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline